Laporan Praktikum Perpetaan, Pengukuran Mengunakan Theodolit di Lapangan
PERPETAAN
OLEH
KELOMPOK XIV
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2020
PERPETAAN
OLEH :
AINUR IHSABAIHAKI 7185.1.1007 MOH. RASIDI
7185.1.1017 |
JAMIL ARDIANSYAH 7185.1.1029 MOH HILSONRAHMATULLAH 7185.1.1020 EKO WAHYUDI 7185.1.1030 |
|
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2020
Laporan Praktikum yang di susun oleh kelompok XII (Dua Belas)
dan telah dipertahankan di depan penguji
Pada tanggal ……………….
Penguji I, |
Penguji II, |
|
|
(Anita
Intan Nura Diana, MT.) |
(Subaidillah
Mansuri, MT.) |
Mengesahkan, |
Mengetahui, |
Ketua
Program Studi |
Kepala
Laboratorium |
|
|
(Ahmad
Suwandi, MT.) |
(Ach. Desmantri
Rahmanto, MT.) |
Segala
puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat AllahSubhanahu Wata’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada semua hamba – hambanya yang
muslin dan muslimah.
Sholawat
dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wasallam, Karena kehadirannya kita terbebas dari zaman
jahilia menuju zaman yang beradab.Dan semoga kesejahteraan tetap tercurah limpahkan
kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta pengikutnya .
Alhamdulillah
walaupun dalam jangka waktu yang cukup lama dan berkat pertolongannya, penyusun
dalam menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul “ PERPETAAN”.
Dengan rasa takdzim dan rendah hati, penyusun haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada yang
terhormat:
1. Ibu Choliluh Cahyati,
MT. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Wiraraja.
2. Bapak
Ahmad Suwandi, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
3. Bapak Ach. Desmantri Rahmanto,MT. selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Teknik Program Studi Teknik Sipil
4. Bapak
Dwi Deshariyanto, MT. Selaku dosen pengajar dan pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama praktikum
5. Bapak / Ibu selaku penguji hasil dari praktikum
Perpetaan
6. Kedua
orang tua yang selalu memberikan dukungan kepada kita semua.
7. Teman-teman
Fakultas Teknik yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan Laporan ini.
8. Semuapihakbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsungyangtelahmembantu
sehingga laporaninidapat terselesaikan
dengan
baik.
Penyusun telah berusaha agar
laporan ini sempurna, jika
terdapat
kesalahan dalamlaporaninikamimohonmaaf.Sarandankritikyangmembangundaripembaca
sangatpenyusun
harapkanuntukperbaikan
kedepan.
Akhirkata,sayaberharapsemogaLaporanResmiPerpetaan
inidapatbermanfaat dan memberikan
ilmu bagipenyusun pada khususnyadan
pembaca padaumumnya.
|
Sumenep, Oktober 2020 Team Praktikum |
2.3. Bagian
- Bagian Theodolit
2.5. Perhitungan
Jarak Vertikal dan Horizontal
2.6. Kesalahan
Yang Terjadi Dalam Pengukuran
2.7. Hambatan
Dalam Pengukuran
PENDAHULUAN
Perpetaan merupakan ilmu terapan
yang mempelajari dan menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta
obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
Perpetaan menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya seperti rekayasa
jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan ini. Misalnya
semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan
konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan,
jalur rel kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar
konstruksi yang dibagun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar dari
kesalahan konstruksi.
Untuk memperoleh hasil pengukuran
yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi biayanya yang murah dan tepat
waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan
diperlukan metode pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang tepat pula.
Pengukuran-pengukuran menggunakan waterpas, theodolit. Total station dan
sebagainya dapat mengasilkan data dan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.
1)
Bagaimana cara mengoprasikan theodolith di lapangan ?
2)
Bagaimana cara membuat poligon di lapangan ?
3)
Bagaimana cara mengolah data hasil di lapangan ?
Praktikum ini bertujuan untuk :
1) Untuk mengetahui bagaimana cara
mengoprasikan Theodolit di lapangan.
2) Untuk mengetahui peralatan dan
prosedur dalam pengukuran menggunakan Theodolit.
3) Untuk mengetahui cara menghitung
jarak, azimuth, dan sudut .
4) Untuk mengetahui cara membuat peta
kontur.
Lokasi diadakannya pengambilan data
yaitu :
1. Tempat
: Gedung BAPSI + PMB + BAAK
Waktu :
12.00 – 15.00 WIB
Tanggal : Senin
, 21 September 2020
2. Tempat
: Gedung BAPSI + PMB + BAAK
Waktu : 08.00 – 15.00 WIB
Tanggal : Selasa , 22
September 2020
TINJAUAN PUSTAKA
Kata
praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus
(Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif”
atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”. Dalam
bahasa Inggris, praktikum bermakna sama dengan excersice (exercice) [Prancis],
exercitium / execere [Latin] yang secara harfiah berarti “tetap
aktif/sibuk” yang juga bermakna sama dengan “latihan” atau “responsi” ( Penilaian Praktikum, Hafni Sarmila,
2013).
Menurut
Djamarah dan Zain (2002:95) memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah
proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri,
mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang
gejala alam dan interaksinya ( Penilaian
Praktikum, Hafni Sarmila, 2013).
Theodolit adalah
salah satu alat yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut
mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada
satuan sekon (detik).
Di dalam
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering
digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan situasi, maupun pengamatan
matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya seperti Pesawat Penyipat Datar
bila sudut vertikal dibuat 90°. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).
Dengan adanya
teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di
dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan
sudut siku-siku pada perancanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat
digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
Menurut (Buku Pedoman
Praktikum Perpetaan, 2018 ), Syarat-syarat
utama yang harus dipenuhi alat theodolit sehingga siap dipergunakan untuk
pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :
a. Sumbu
kesatu benar-benar tegak / vertikal.
b. Sumbu
kedua harus benar-benar mendatar.
c. Garis
bidik harus benar-benar tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
d. Tidak
adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
Saat ini pesawat theodolit
memiliki dua macam yaitu Theodolit Biasa
dan Theodolit Digital. Yang
membedakan antara kedua theodolit tersebut adalah pada pembacaan sudutnya baik
penggunaan sudut horizontal maupun sudut vertikal, sedangkan bagian-bagian yang
lain dan cara pengoprasiannya tetap sama.
Pengukuran alat theodolite adalah
untuk mendapatkan data-data yang nantinya diperlukan dalam pembuatan peta
situasi yang diantaranya adalah tinggi alat, bacaan benang (benang atas, benang
bawah dan benang tengah), sudut horizontal dan sudut vertikal. (Buku Pedoman
Praktikum Perpetaan, 2018 ).
2.3. Bagian - Bagian Theodolit
Gambar 1. Theodolite dan bagian – bagiannya
(Sumber :Buku Pedoman
Praktikum Perpetaan, 2019 ).
Menurut (Buku Pedoman
Praktikum Perpetaan, 2019 ), Bagian
– bagian dan fungsi yang terdapat pada pesawat theodolite adalh sebagai berikut
:
a. Nivo
kotak digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar. Pada kebanyakan theodolite yang baru, nivo
teropong sudah tidak ada.
b. Klem
pengunci sebagai pengunci klem horizontal agar theodolite tidak bergerak secara
horizontal.
c. Penggerk
halus berfungsi menggerakkan teropong arah horizontal dengan perlahan pada saat
klem horizontal dikunci.
d. Tempat
battery sebagai tempat baterai.
e. Klem
pengunci lingkaran horizontal berfungasi sebagai klem pembuka atau pengunci
lingkaran horizontal.
f. Penggerak
halus lingkaran horizontal sebagai menggerakkan teropong arah horizontal dengan
perlahan pada saat klem horizontal dikunci.
g. Klem
pengatur nivo tabung untuk mengatur horizontal pada saat theodolite.
h. Handle
/ pembawa sebagai pegangan saat membawa theodolite.
i. Lensa
okuler berfungsi untuk menagkap bayangan objek / target lensa positif yang
memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil.
j. Klem
pengatur fokus benang untuk memfokuskan objek dan benang.
k. Tombol
ON / OFF sebagai tombol untuk mematikan dan menghidupkan theodolite.
l. Nivo
tabung sebagai alat penunjuk bahwa theodolite sudah pada posisi horizontal.
m. Display.
n. Keyboard (
papan tombol ).
o. Plat
dasar sebagai plat penyangga seluruh bagian alat.
Poligon berasal dari kata poli
yang berarti banyak dan gonos yang berarti sudut.Secara harfiah poligon berarti
sudut banyak.Namun arti yang sebenarnya adalah rangakaian titik-titik secara
berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan.Sebagai kerangka dasar, posisi atau
koordinat titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti. Karena akan digunakan sebagai detail,
pengukuran poligon harus memenuhi kreteria atau persyaratan tertentu. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018
).
Menurut (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018),
Poligon ada beberapa macam, dibedakan berdasarkan kreteria
tertentu, antara lain :
a. Atas
dasar titik ikat : Terikat sempurna, terikat tidak sempurna, terikat sepihak
dan terikat bebas (tanpa ikatan).
b. Atas
dasar bentuk : Terbuka, tertutup dan bercabang.
c. Atas
dasar alat yang digunakan untuk pengukuran : Poligon theodolit (poligon sudut)
dan poligon kompas.
d. Atas
dasar penyelesaian : Poligon hitungan (numeric) dan poligon grafis.
e. Atas
dasar tingkat ketelitian :Tingkat I, tingkat II, tingkat III dan tingkat IV
(rendah).
f. Atas
dasar hirarkhi dalam pemetaan : Poligon utama (induk) dan poligon cabang
(anakan / ray).
Rumus umum penentu koordinat suatu
titik, misal titik 2 yang diikat dari 1
yang telah diketahuai koordinatnya adalah :
X2 = X1 + d1 – 2 sin α1
– 2
Y2=Y1 + d1 – 2 cos α1
– 2 ………………………………………………….(1)
Titik 1 disebut titik α1 – 2
disebut sudut jurusan atau azimut sisi
1 – 2, d1 – 2 adalah jarak sisi 1 – 2.Apabila sudut diukur
pada titik 2 dan jarak diukur dari titik 2 ke titik 3 dapat dicari.Sedemikian
seterusnya, sehingga unsur yang diukur dalam poligon adalah jarak dan sudut.Gambar 2. Poligon Terikat Sempurna.
Gambar 2. Penentuan
Titik Poligon Terbuka
Keterangan gambar :
A dan P : Titik ikat awal
B dan Q : Titik ikat akhir
αAP : Azimut awal
αBQ : Azimut akhir
Sudut ukuran βA : β1, β2, β3,
........βn, βB
Jarak ukuran dA1 : d12, d23,
........d(n – 1)n, dnB
Semakin jauh dari titik ikat,
kesalahan akan semakin besar. Oleh karena itu agar kesalahan tersebut tidak
merambat, akhir dari poligon perlu dikontrol, baik berupa kontrol koordinat
maupun control jurusannya (azimutnya).Poligon yang demikian dinamakan poligon
terikat sempurna.
Apabila dari data ukuran sudut dan
jarak langsung dihitung koordinat titik-titik poligon dengan titik ikat awal
(A) sampai titik B, maka akan didapat koordinat titik B yang tidak sama dengan
koordinat titik ikat B yang diketahui, hal ini dikarenakan pengukuran sudut dan
jarak dipengaruhi dengan adanya kesalahan. Oleh karena itu, sebelum perhitungan
koordinat dilakukan, penelitian sudut-sudut dan jarak-jarak ukuran dilakukan
terlebih dahulu.Untuk dapat melakukan penelitian kedua unsur tersebut, maka
harus diketahui dan ditentukan terlebih dahulu syarat-syarat apakan yang harus
dipenuhi oleh suatu poligon. A – a(Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2016
).
Telah diketahui bahwa sudut-sudut
ukuran dipakai untuk mencari sudut jurusan atau azimut sisi poligon, yang
selanjutnya dengan data jarak digunakan untuk mencari koordinat. Maka akan
dicari sudut jurusan atau azimut disemua sisi poligon terlebih dahulu.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :
αA1 = αAp + βA
α12 = αA1 + β1
– 180°
=
αAp + βA + β1 – 180°
α23 =
α12 + β2 – 180°
=
αAp + βA + β1 + β2 – 360°
α34 =
α23 + β3 – 180°
=
αAp + βA + β2 + β3 – 540°
α4B = α34 + βB –
180°
=
αAp + βA + β2 + β3 – β4
720°
αBQ = α4B + βB –
180°
=
αAp + βA + β2 + β3 – βB
900°
α3B = α23 + β3 –
180°
=
αAp + β1 + β2 + β3 – 540°
αBQ = α3B + β4 –
180°
=
αAp + β1 + β2 + β3 + β4
– 720°
Atau
αBQ
= αAp
Atau
Atau
secara umum dapat ditulis :
2.4.1. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon
yang titik awal dan akhirnya menjadi satu.Poligon semacam ini merupakan poligon
yang paling disukai di lapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak
yang memang sulit didapatkandi lapangan, namun hasil ukurannya cukup
terkontrol.
Gambar 3. Poligon Tertutup
Karena bentuknya tertutup maka
akan membentuk segi banyak atau segi n (n = banyaknya titik poligon).
Syarat-syarat geometris dari poligon tertutup adalah :
1. Syarat
sudut
2. Syarat
absis
Adapun prosedur perhitungannya sama
dengan prosedur perhitunngan pada poligon terikat sepihak, poligon terbuka
tanpa ikatan, syarat-syarat geometris tersebut tidak dapat diberlakukan. Hal
ini mengakibatkan posisinya sengat lemah karena tidak adanya control pengukuran
dan control perhitungan. Jadi sebaiknya poligon semacam ini dihindari. Posisi
titik-titik poligon yang ditentukan dengan cara menghitung
koordinat-koordinatnya dinamakan penyelesaian secara umum atau poligon
hitungan. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019).
2.4.2. Poligon Hanya Terikat Pada Koordinat Awal dan Akhir
Apabila sebuah poligon
terikat pada awal dan akhir, masing-masing pada titik A dan B yang telah
diketahui koordinatnya namun tidak diketahui azimut-azimutnya, maka koordinat
tersebut dapat diselesaikan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan
azimut awal yang diambil dengan pendekatan atau diukur dengan kompas. Dengan
azimut ini dan dengan ikat titik awal yang telah diketahui koordinatnya,
selanjutnya poligon dihitung sebagai poligon lepas, sehingga didapat koordinat
titik B’ dari titik A dan titik B’ dapat dihitung azimut AB’. Demikian pula,
dari titik ikat awal A dan titik ikat akhir B dapat dihitung azimut AB. Selisih
dari keduanya merupakan besar sudut rotasi yang harus diberikan pada azimut
pendekatan. Pada perhitungan tahap kedua, poligon dihitung kembali dengan
azimut awal hasil rotasi tahap pertama sebagai poligon sempurna. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).
2.4.3. Poligon Kompas
Pada poligon
theodolite sebagaimana paragraph di atas, semua sudutnya di hitung. Sudut sudut
ini akan di pakai untuk mencari sudut jurusan atau azimuth dari sisi sisi
polygon berikutnya.
Gambar 4. Poligon Kompas
Namun pada alat ukur sudut yang
telah menggunakan kompas, pada setiap arah yang di bidik akan terbaca sudut
jurusannya (azimuth kompas). Misal pada gambar di bawah ini kita memasang alat
di titik 1 dan kemudian membidik titik 2, maka kita akan mendapatkan sudut
jurusan α12. Kemudian alat ukur di pindahkan ke titik 2 dan dari
titik ini membidik 1 dan 3 sehingga di dapatkan dua jurusan sekaligus, yaitu α23
dan α21. Karena mempunyai data α21 maka dengan sendirinya
bisa menghitung α12, yaitu α12 = α21 - 180°.
Jadi kita tidak perlu memasang alat ukur di titik 1.
Demikian selanjutnya, kita tidak
perlu memasang alat di titik 3, tapi dari dua langsung ke titik 4, Karena dari
titik 4 dapat di bidik titik 3 untuk mendapatkan sudut jurusan α43 dan dari hal ini dapat
di hitung α34. Dengan demikian jika polygon di ukur dengan kompas,
alat ukur tidak perlu di pasang di setiap titik polygon, melainkan berselang
satu, yaitu dari titik 2 pindah ke titik 4, titik 6, titik 8 dan selanjutnya. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019
).
2.4.4. Poligon Grafis
Gambar
5. Poligon Grafis.
Misalnya berdasarkan hasil
pengukuran sudut, arah dan jarak sisi sisinya, polygon tertutup
A,B,C,D,E,F,A akan di plot secara
berurutan dari A sampai A lagi. Pada umumnya titik A yang terakhir tidak akan
berimpitdengan titik A semula, tetapi bergeser ke A”.
Jarak linear dari A-A” di namakan
kesalahan penutup jarak.Arah kesalahannya adalah A-A*, sehingga arah koreksinya
dari A* ke A. di setiap titik polygon hasil plot di buat arah sejajar A*-A.
besar koreksi di setiap titik poligon sebanding dengan jarak dari titik
awal.Setelah semua posisi titk titik polygon di koreksi, semua titik di
hubungkan kembali secara berurutan, sehingga di dapatkan polygon yang telah di
koreksi.
Pada umumnya polygon grafis adalah
polygon yang di ukur dengan kompas, sedang polygon numeris (hitungan) adalah
polygon yang di ukur dengan theodolite (polygon sudut).(Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019
).
2.4.5. Poligon Simpul
Pada polygon yang di buat dari
tiga buah titik tetap (yang telah tertentu koordinatnya) atau lebih dan bertemu
pada sebuah titik, titik pertemuan dari polygon polygon tersebut di namakn
titik simpul atau titik sekutu.
Gambar 6.poligon
simpul
Pada gambar di atas, titik s
adalah titik simpul polygon AS, BS dan CS, sedangkan titik A,B dab C adalah
titik tetap awal masing masing polygon yang telah terdapat pula azimuth
azimutnya sebagai azimuth pengikat. Apabila setiap polygon di hitung sendiri
sendiri, maka akan di dapat tiga koordinat titik S, yang mungkin harganya
berbeda satu sama lain. Koordinat koordinat titik S yang berbeda ini perlu di
ratakan menggunakan ilmu hitung perataan untuk mendapatkan sebuah koordinat
titik simpul S. untuk itu di gunakan unsure berat karena adanya perbedaan
ketelitian dari masing masing polygon tersebut. Perbedaan ketelitian tersebut,
mungkin di sebabkan oleh jarak masing masing polygon yang tidak sama, atau banyaknya
titik sudut polygon. Oleh karenanya, perambatan kesalahan pada titik simpul S
dari setiap polygon memberikan pengaruh yang tidak sama pula. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019
).
2.5. Perhitungan Jarak Vertikal dan Horizontal
Pada alat waterpass, rumus jarak
optis bila garis bidik tegak lurus pada rambu ukur adalah :
Menurut
(Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2017 ), Sedangkan pada theodolite
tidak tegak lurus, tapi membentuk sudut α, maka rumus yang di gunakan digunakan
adalah :
Dari rumus tersebut, di dapat,
Atau dapat juga di tulis :
Dimana :
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
Gambar
7. Pengukuran Jarak dan beda tinggi menggunakan theodolite.
( Sumber : Buku Pedoman
Praktikum Perpetaan, 2018 ).
Untuk beda tinggi:
Dimana :
BT
= bacaan benang tengah
2.6. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran
Menurut (Laporan Praktikum Survey Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass, zul
zulaidy, 2012) Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari
kesalahan-kesalahan. Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu
a. Kesalahan Besar ( Mistakes
Blunder )
Kesalahan ini
dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan pengukuran atau kurang
pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila terjadi kesalahan ini, maka
pengukuran harus di ulang atau hasil yang mengalami kesalahan tersebut dicoret
saja.
b. Kesalahan Sistematis (
Sistematic Error )
Umumnya
kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang meter yang
tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak sempurna. Kesalahan ini
dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi alat /
memperbaiki alat.
c. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental
Error )
Kesalahan ini dapat terjadi karena hal–hal yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah. Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai rata– rata sebagai hasil.
2.7. Hambatan Dalam Pengukuran
Menurut (Laporan Praktikum Survey Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass, zul
zulaidy, 2012) Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi jalannya / proses pengukuran yaitu :
a. Faktor Kurangnya pemahaman tentang
teori pengukuran,
b. Faktor bahan dan alat,
c. Terlebih lagi faktor cuaca juga
memperlambat proses pengukuran karena apabila cuaca hujan otomatis tim pengukur
berhenti sejenak untuk berteduh dari hujan
Azimuth sebuah garis adalah juruzan
horizontal yang di ukur searah jarum jam dari sebuah jurusan nol yang
menunjukkan utara dari stasiun di tempati. Setiap garis mempunyai dua azimuth,
tergantung dari posisi pengamat. Sebagai contoh, dalam gambar suatu survey maju
dari A menuju B. sudut α adalah azimuth muka untuk garis ini. Untuk arah dari B
ke A, sudut b di sebut azimuth belakang dari sebuah garis.
Gambar
8. Penggambaran Azimut
Azimut lebih mudah di tentukan dari
pada bearing karena sinus dan cosinus sudut azimuth dengan sendirinya mempunyai
tanda aljabar yang benar untuk garis lintang (latitude) dan
keberangkatan(departure).
Gambar
9.perhitungan sudut azimuth
+ 45°35’ = AB
225°35’ = azimuth BA
1.
menyiapkan alat
perlengkapan pengukuran berupa:
a. Theodolite
digital
b. Statip
(kaki tiga)
c. Unting
unting
d. Bak
ukur(rambu ukur)
e. Roll
meter
f. Alat
tulis dan perlengkapan lainnya.
2.
menentukan lokasi
pengukuran
3.
menggambarkan sketsa
lokasi pengukuran
4.
menentukan titik lokasi
pengukuran pada sketsa yang ada
5.
meletakkan alat pada
titik awal yang telah di tentukan, meliputi:
a. Memasang
titik statip
b. Memasang
pesawat
c. Menyetel
nivo
Cara penggunaan theodolite digital:
1. Cara
seting optis
a.
Alat di letakkan di
atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk centering optis.
b.
Pengunci kaki statif di
kendurkan, kaki statif di tancapkan ke tanah dan di kunci atau di kencangkan
lagi.
c.
Gelembung nivo di atur berada
tepat pada tengah lingkaran.
d.
Mengatur salah satu
nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.
e.
Mengatur nivo tabung
yang lain.
f.
Mengatur nivo teropong
dengan sekrup pengatur nivo teropong.
2. Cara penggunaan alat
a.
Memasukkan baterai
kedalam tempatnya kemudian melakukan centering optis ke atas
b.
Menghidupkan display
dan atur sesuai keperluan.
c.
Untuk membaca sudut
mendatar, arahkan teropong pada titik yang di kehendaki kemudian membaca pada
display.
d.
Untuk membaca sudut
vertical, teropong di arahkan secara vertical dan kemudian di baca pada
display.
6. mengukur tinggi pesawat dengn roll
meter.
7. mencari sudut vertical dan
horizontal pada pembacaan sudut.
8. membaca BA, BB dan BT pada baak
ukur.
9. mengukur jarak antara pesawat dengan
roll meter.
10. melepas hold pada pesawat lalu
memutar alat ke titik selanjutnya dan melakukan hal yang sama dengan point
7,8,9.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.1. Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail A
TITIK
UKUR |
TINGGI
ALAT / PATOK (m) |
BACAAN
SUDUT |
JARAK
(m) |
BACAAN
BENANG |
BEDA
TINGGI (m) |
ELEVASI
(m) |
KET |
||||||
DARI |
KE |
HORIZONTAL |
VERTIKAL |
MIRING |
DATAR |
ATAS |
TENGAH |
BAWAH |
+ |
- |
|||
BM = 5m |
|||||||||||||
TA |
BM |
1.4 |
138°47'40" |
0 |
0 |
6 |
1330 |
1300 |
1270 |
0.100 |
5.000 |
||
A |
1.4 |
||||||||||||
A |
A1 |
1.4 |
130°27'00" |
0 |
0 |
20.00 |
1050 |
950 |
850 |
0.450 |
5.350 |
||
A |
A2 |
1.4 |
128°54'30" |
0 |
0 |
18.00 |
1320 |
1230 |
1140 |
0.170 |
5.070 |
||
A |
A3 |
1.4 |
129°10'50" |
0 |
0 |
18.00 |
1240 |
1150 |
1060 |
0.250 |
5.150 |
||
A |
A4 |
1.4 |
121°42'20" |
0 |
0 |
17.00 |
1230 |
1140 |
1060 |
0.260 |
5.160 |
||
A |
A5 |
1.4 |
97°23'00" |
0 |
0 |
17.00 |
1190 |
1100 |
1020 |
0.300 |
5.200 |
||
A |
A6 |
1.4 |
136°25'50" |
0 |
0 |
14.00 |
1390 |
1320 |
1250 |
0.08 |
4.980 |
||
A |
A7 |
1.4 |
134°50'20" |
0 |
0 |
10.00 |
1240 |
1210 |
1140 |
0.190 |
5.090 |
||
A |
A8 |
1.4 |
96°14'30" |
0 |
0 |
10.00 |
1400 |
1350 |
1300 |
0.05 |
4.950 |
||
A |
A9 |
1.4 |
185°06'40" |
0 |
0 |
8.00 |
1250 |
1210 |
1170 |
0.19 |
5.090 |
||
A |
A10 |
1.4 |
187°43'40" |
0 |
0 |
8.00 |
1690 |
1655 |
1610 |
-0.255 |
4.645 |
||
A |
A11 |
1.4 |
199°18'10" |
0 |
0 |
6.50 |
1265 |
1230 |
1200 |
0.17 |
5.070 |
||
A |
A12 |
1.4 |
192°56'40" |
0 |
0 |
4.50 |
1745 |
1730 |
1700 |
-0.33 |
4.570 |
||
A |
A13 |
1.4 |
254°39'30" |
0 |
0 |
9.00 |
1275 |
1225 |
1185 |
0.175 |
5.075 |
||
A |
A14 |
1.4 |
262°14'50" |
0 |
0 |
7.50 |
1520 |
1475 |
1445 |
-0.075 |
4.825 |
||
A |
A15 |
1.4 |
291°22'00" |
0 |
0 |
6.50 |
1300 |
1270 |
1235 |
0.13 |
5.030 |
||
A |
A16 |
1.4 |
320°14'20" |
0 |
0 |
7.00 |
1270 |
1240 |
1200 |
0.16 |
5.060 |
||
TA |
TD |
1.4 |
192°38'40" |
0 |
0 |
24.00 |
1270 |
1150 |
1030 |
||||
TA |
TB |
1.4 |
108°54'50" |
0 |
0 |
45.00 |
1150 |
880 |
700 |
3.1.2. Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail A
PA-A1 do = 0 dm = ((BA-BB)x100))/1000 = ( (1050–850)x100))/1000 = 20 meter ∆HA-A1= TA – (BT/1000) = 1,40 – (950/1000) = 0,45meter Elevasi (H) = HBM+ ∆HA-A1 = 4,9+ 0,45 = 5,35 meter |
PA-A2 do = 0 dm = ((BA-BB)x100))/1000
= ((1320–1140)x100))/1000
= 18meter ∆HA-A2 = TA – (BT/1000) = 1,40 – (1230/1000) = 0,17 meter Elevasi (H) = HBM+ ∆HA-A1 = 4,9+ 0,17 =
5,07 meter |
3.1.3. Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail B
TITIK UKUR |
TINGGI
ALAT / PATOK (m) |
BACAAN
SUDUT |
JARAK
(m) |
BACAAN
BENANG |
BEDA
TINGGI (m) |
ELEVASI
(m) |
KET |
||||||
DARI |
KE |
HORIZONTAL |
VERTIKAL |
MIRING |
DATAR |
ATAS |
TENGAH |
BAWAH |
+ |
- |
|||
B |
1.45 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B |
B1 |
1.45 |
60°39'00" |
0 |
0 |
19.00 |
990 |
900 |
800 |
0.55 |
|
6.330 |
|
B |
B2 |
1.45 |
63°01'50" |
0 |
0 |
17.00 |
1550 |
1470 |
1380 |
-0.02 |
5.760 |
||
B |
B3 |
1.45 |
63°13'40" |
0 |
0 |
18.00 |
1270 |
1180 |
1090 |
0.27 |
|
6.050 |
|
B |
B4 |
1.45 |
56°46'40" |
0 |
0 |
15.00 |
1180 |
1100 |
1030 |
0.35 |
|
6.130 |
|
B |
B5 |
1.45 |
81°42'40" |
0 |
0 |
11.00 |
1270 |
1180 |
1160 |
0.27 |
|
6.050 |
|
B |
B6 |
1.45 |
100°10'20" |
0 |
0 |
23.00 |
1080 |
960 |
850 |
0.49 |
|
6.270 |
|
B |
B7 |
1.45 |
43°22'50" |
0 |
0 |
9.00 |
1140 |
1100 |
1050 |
0.35 |
|
6.130 |
|
B |
B8 |
1.45 |
4°25'30" |
0 |
0 |
7.00 |
1360 |
1320 |
1290 |
0.13 |
|
5.910 |
|
B |
B9 |
1.45 |
1°27'30" |
0 |
0 |
4.00 |
1490 |
1470 |
1450 |
-0.02 |
5.760 |
||
B |
B10 |
1.45 |
316°08'02" |
0 |
0 |
7.00 |
1130 |
1090 |
1060 |
0.36 |
|
6.140 |
|
B |
B11 |
1.45 |
172°05'30" |
0 |
0 |
8.00 |
1370 |
1330 |
1290 |
0.12 |
5.900 |
|
|
TB |
TC |
1.45 |
0°00'00" |
0 |
0 |
37.00 |
1170 |
910 |
800 |
||||
TB |
TA |
1.45 |
81°49'00" |
0 |
0 |
45.00 |
950 |
740 |
500 |
3.1.4. Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail B
PB-B1 do
= 0 dm = ((BA-BB)x100))/1000
= ( (990–800)x100))/1000
= 19 meter ∆HB-B1 = TB – (BT/1000)
= 1,45 – (900/1000)
= 0,55meter ∆HA-B= TA – (BT/1000) = 1,45 – (740/1000) = 0,71
meter Elevasi (H) = (HBM
-∆HA-B + ∆HB-B1 ) = 4.9 -0.71
+ 0,55 = 4,71 meter |
PB-B2 do = 0 dm = ((BA-BB)x100))/1000
= ((1550–1380)x100))/1000
= 17 meter ∆HB-B2 = TB – (BT/1000)
= 1,45 – (1470/1000) = -0,02meter ∆HA-B= TA – (BT/1000) = 1,45 – (740/1000) = 0,71
meter Elevasi (H) =
((HBM-∆HA-B - ∆HB-B1 ) = 4,9 – 0.71
- 0,02 = 4,17
meter |
3.1.1. Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail C
TITIK
UKUR |
TINGGI
ALAT / PATOK (m) |
BACAAN
SUDUT |
JARAK
(m) |
BACAAN
BENANG |
BEDA
TINGGI (m) |
ELEVASI
(m) |
KET |
||||||
DARI |
KE |
HORIZONTAL |
VERTIKAL |
MIRING |
DATAR |
ATAS |
TENGAH |
BAWAH |
+ |
- |
|||
C |
1.4 |
||||||||||||
C |
C1 |
1.4 |
23°25'50" |
0 |
0 |
20.00 |
1480 |
1380 |
1280 |
0.020 |
5.710 |
||
C |
C2 |
1.4 |
2°38'10" |
0 |
0 |
17.00 |
1230 |
1140 |
1060 |
0.260 |
5.950 |
||
C |
C3 |
1.4 |
327°27'10" |
0 |
0 |
29.00 |
1490 |
1390 |
1200 |
0.010 |
5.700 |
||
C |
C4 |
1.4 |
31°53'00" |
0 |
0 |
12.00 |
1600 |
1540 |
1480 |
-0.140 |
5.550 |
||
C |
C5 |
1.4 |
24°39'20" |
0 |
0 |
12.00 |
1700 |
1630 |
1580 |
-0.230 |
5.460 |
||
C |
C6 |
1.4 |
2°59'00" |
0 |
0 |
12.00 |
1220 |
1190 |
1100 |
0.210 |
5.900 |
||
C |
C7 |
1.4 |
321°27'50" |
0 |
0 |
17.00 |
1460 |
1380 |
1290 |
0.020 |
5.710 |
||
C |
C8 |
1.4 |
39°21'10" |
0 |
0 |
11.00 |
1720 |
1680 |
1610 |
-0.280 |
5.410 |
||
C |
C9 |
1.4 |
36°45'20" |
0 |
0 |
10.00 |
1740 |
1690 |
1640 |
-0.290 |
5.400 |
||
C |
C10 |
1.4 |
33°26'20" |
0 |
0 |
9.00 |
1730 |
1690 |
1640 |
-0.290 |
5.400 |
||
C |
C11 |
1.4 |
23°49'10" |
0 |
0 |
10.00 |
1290 |
1240 |
1190 |
0.160 |
5.850 |
||
C |
C12 |
1.4 |
4°13'20" |
0 |
0 |
9.00 |
1290 |
1250 |
1200 |
0.150 |
5.840 |
||
C |
C13 |
1.4 |
310°49'50" |
0 |
0 |
15.00 |
1500 |
1420 |
1350 |
-0.020 |
5.670 |
||
C |
C14 |
1.4 |
60°59'00" |
0 |
0 |
8.00 |
1300 |
1270 |
1220 |
0.130 |
5.820 |
||
C |
C15 |
1.4 |
45°52'50" |
0 |
0 |
6.00 |
1360 |
1330 |
1300 |
0.070 |
5.760 |
||
C |
C16 |
1.4 |
9°05'00" |
0 |
0 |
4.00 |
1370 |
1350 |
1330 |
0.050 |
5.740 |
||
C |
C17 |
1.4 |
292°48'90" |
0 |
0 |
13.00 |
1380 |
1310 |
1250 |
0.090 |
5.780 |
||
C |
C18 |
1.4 |
116°04'20" |
0 |
0 |
7.00 |
1340 |
1300 |
1270 |
0.100 |
5.790 |
||
TC |
TD |
1.4 |
100°25'50" |
0 |
0 |
22.00 |
1420 |
1310 |
1200 |
|
|||
TC |
TB |
1.4 |
0°00'00" |
0 |
0 |
37.00 |
1300 |
1110 |
930 |
|
3.1.2. Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail C
PC-C1 do
= 0 dm = ((BA-BB)x100))/1000
= ( (1480–1280)x100))/1000
= 20 meter ∆HC-C1 = TC – (BT/1000) = 1,4 – (1380/1000) =
0,020 meter ∆HA-B= TA – (BT/1000) = 1,45 – (740/1000) = 0,75
meter ∆HB-C = TB – (BT/1000) = 1,4 – (1110/1000) = 1,554 meter Elevasi (H) = (HBM
- ∆HA-B - ∆HB-C + ∆HC-C1 ) = 4,9 -0,75
– 1,554 + 0,020 = 2,616 meter |
PC-C2 do = 0 dm = ((BA-BB)x100))/1000
= ((1230–1060)x100))/1000
= 17 meter ∆HC-C2 = TC – (BT/1000) = 1,4 – (1140/1000) = 0,26meter ∆HA-B= TA – (BT/1000) = 1,4 – (740/1000) = 0,75
meter ∆HB-C = TB – (BT/1000) = 1,4 – (1110/1000) = 1,554
meter Elevasi (H) = (HBM
- ∆HA-A1- ∆HA-B - ∆HB-C +∆HC-C2
) = 4,9 – 0,26
– 0,75 + 1,554 = 5,444 meter |
3.1.3. Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail D
TITIK
UKUR |
TINGGI
ALAT / PATOK (m) |
BACAAN
SUDUT |
JARAK
(m) |
BACAAN
BENANG |
BEDA
TINGGI (m) |
ELEVASI
(m) |
KET |
||||||
DARI |
KE |
HORIZONTAL |
VERTIKAL |
MIRING |
DATAR |
ATAS |
TENGAH |
BAWAH |
+ |
- |
|||
D |
1.45 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D |
D1 |
1.45 |
349°22'00" |
0 |
0 |
8.50 |
1225 |
1180 |
1140 |
0.270 |
|
5.420 |
|
D |
D2 |
1.45 |
334°01'30" |
0 |
0 |
4.00 |
1340 |
1325 |
1300 |
0.125 |
5.275 |
|
|
D |
D3 |
1.45 |
194°53'30" |
0 |
0 |
6.00 |
1400 |
1360 |
1340 |
0.090 |
|
5.240 |
|
D |
D4 |
1.45 |
3°14'30" |
0 |
0 |
7.00 |
1230 |
1200 |
1160 |
0.250 |
|
5.400 |
|
D |
D5 |
1.45 |
5°46'30" |
0 |
0 |
5.00 |
1480 |
1450 |
1430 |
0.000 |
|
5.150 |
|
D |
D6 |
1.45 |
27°35'10" |
0 |
0 |
5.00 |
1080 |
1050 |
1030 |
0.400 |
|
5.550 |
|
D |
D7 |
1.45 |
67°47'20" |
0 |
0 |
2.00 |
1100 |
1090 |
1080 |
0.360 |
|
5.510 |
|
D |
D8 |
1.45 |
171°25'50" |
0 |
0 |
9.00 |
1330 |
1290 |
1240 |
0.16 |
5.310 |
|
|
D |
D9 |
1.45 |
50°59'20" |
0 |
0 |
11.00 |
1100 |
1040 |
990 |
0.410 |
|
5.560 |
|
D |
D10 |
1.45 |
57°10'00" |
0 |
0 |
10.00 |
1150 |
1100 |
1050 |
0.350 |
|
5.500 |
|
D |
D11 |
1.45 |
87°40'20" |
0 |
0 |
8.00 |
1040 |
1000 |
960 |
0.450 |
|
5.600 |
|
D |
D12 |
1.45 |
142°08'00" |
0 |
0 |
13.00 |
1290 |
1230 |
1160 |
0.220 |
|
5.370 |
|
TD |
TC |
1.45 |
93°36'00" |
0 |
0 |
22.00 |
600 |
400 |
380 |
|
|||
TD |
TA |
1.45 |
0°00'00" |
0 |
0 |
24.00 |
1100 |
920 |
860 |
|
3.1.4. Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail D
PD-D1 do = 0 dm =
((BA-BB)x100))/1000 = ((1225
–1140)x100))/1000 = 8,5meter ∆HD-D1
= TD – (BT/1000) = 1,45 – (1180/1000) =
0,27meter ∆HA-B=
TA – (BT/1000) = 1,45 – (740/1000) = 0,75 meter ∆HB-C
= TB – (BT/1000) = 1,4 – (1110/1000) = 1,554 meter ∆HC-D
= TC – (BT/1000) = 1,45 – (1180/1000) = 0,27meter Elevasi (H) = (HBM - ∆HA-B - ∆HB-C
+∆HC-D + ∆HD-D1 ) =
4,9 – 0,75 – 1,554 + 0,27+ 0,27 = 3,136 meter |
PD-D2 do =
0 dm =
((BA-BB)x100))/1000 = ((1340
–1300)x100))/1000 = 4
meter ∆HD-D2
= TD – (BT/1000) = 1,45 – (1325/1000) = 0,125meter ∆HA-B=
TA – (BT/1000) = 1,45 – (740/1000) = 0,75 meter ∆HB-C
= TB – (BT/1000) = 1,4 – (1110/1000) = 1,554 meter ∆HC-D
= TC – (BT/1000) = 1,45 – (1180/1000) = 0,27meter Elevasi (H) = (HBM - ∆HA-B - ∆HB-C
+ ∆HC-D + ∆HD-D2 ) =
4,9 – 0,75 – 1,554 + 0,27 + 0,27
= 0,27 meter |
3.2.1. U
A
βA βB B
βd βC C
D
Mencari sudut dalam, dengan besar sudut setiap titik :
A : AD – AB
: 192°38’40”-
108°54’50”
: 83°43’50”
B : BC – BA
: 81°49'00"- 0°00'00"
: 81°49'00"
C : CD - CB
: 100°25'50" - 0°00'00"
: 100°25'50"
D : DC - DA
: 93°36'00" - 0°00'00"
: 93°36'00"
Untuk Mencari βA diperlukan nilai azimuth dan beta yang diketahui setiap
titik, sehingga
αAB =
AB (Azimut yang diketahui)
= 108°54'50"
αBC = αAB – βB + 180°
= 108°54’50" - 81°49'00"+ 180°
=
207°05'50"
αCD = αBC – βC + 180°
= 207°05'50"- 100°32'10" + 180°
= 286°33'40"
αDA = αCD – βD + 180°
= 286°33'40"- 93°42'20" - 180°
= 12°51'20"
∑βu = βA + βB + βC + βD
= 83° 56’30”+ 81°49'00"+ 100°25'50"+ 93°42'20"
= 359°34'40"
fβ = (n – 2) x 180° - ∑βu = ((4-2) x 180°)) - 359°34'40"
= 360° -359°34'40"
=
0°25'20"
3.2.1. Analisis Koordinat Titik Detail Dari Titik A
TITIK |
JARAK |
AZIMUTH
(α) |
KOORDINAT
A |
D (SIN
α) |
D (COS
α) |
KOORDINAT |
||||
X |
Y |
X |
Y |
X |
Y |
Z |
||||
A |
A - A1 |
20.00 |
130°27'00" |
-7.043 |
113.845 |
15.219 |
-12.976 |
8.2 |
100.9 |
5.4 |
A |
A - A2 |
18.00 |
128°54'30" |
-7.043 |
113.845 |
14.007 |
-11.305 |
7.0 |
102.5 |
5.1 |
A |
A - A3 |
18.00 |
129°10'50" |
-7.043 |
113.845 |
13.953 |
-11.372 |
6.9 |
102.5 |
5.2 |
A |
A - A4 |
17.00 |
121°42'20" |
-7.043 |
113.845 |
14.463 |
-8.934 |
7.4 |
104.9 |
5.2 |
A |
A - A5 |
17.00 |
97°23'00" |
-7.043 |
113.845 |
16.859 |
-2.185 |
9.8 |
111.7 |
5.2 |
A |
A - A6 |
14.00 |
136°25'50" |
-7.043 |
113.845 |
9.649 |
-10.144 |
2.6 |
103.7 |
5.0 |
A |
A - A7 |
10.00 |
134°50'20" |
-7.043 |
113.845 |
7.091 |
-7.051 |
0.0 |
106.8 |
5.1 |
A |
A - A8 |
10.00 |
96°14'30" |
-7.043 |
113.845 |
9.941 |
-1.087 |
2.9 |
112.8 |
5.0 |
A |
A - A9 |
8.00 |
185°06'40" |
-7.043 |
113.845 |
-0.713 |
-7.968 |
-7.8 |
105.9 |
5.1 |
A |
A - A10 |
8.00 |
187°43'40" |
-7.043 |
113.845 |
-1.076 |
-7.927 |
-8.1 |
105.9 |
4.6 |
A |
A - A11 |
6.50 |
199°18'10" |
-7.043 |
113.845 |
-2.149 |
-6.135 |
-9.2 |
107.7 |
5.1 |
A |
A - A12 |
4.50 |
192°56'40" |
-7.043 |
113.845 |
-1.008 |
-4.386 |
-8.1 |
109.5 |
4.6 |
A |
A - A13 |
9.00 |
254°39'30" |
-7.043 |
113.845 |
-8.679 |
-2.381 |
-15.7 |
111.5 |
5.1 |
A |
A - A14 |
7.50 |
262°14'50" |
-7.043 |
113.845 |
-7.431 |
-1.012 |
-14.5 |
112.8 |
4.8 |
A |
A - A15 |
6.50 |
291°22'00" |
-7.043 |
113.845 |
-6.053 |
2.368 |
-13.1 |
116.2 |
5.0 |
A |
A - A16 |
7.00 |
320°14'20" |
-7.043 |
113.845 |
-4.477 |
5.381 |
-11.5 |
119.2 |
5.1 |
Koordinat A (-7.043, 113.845)
X (D sin
= 20 x sin 130°27'00"
= 15,219
Y (D cos
= 20 x 130°27'00"=
-12.976
Koordinat X = -7.043+15,219= 8.2
Koordinat Y = 113.845+ -12.976= 100.9
Koordinat Z = Elevasi A-A1
= 5.4
TITIK |
JARAK |
AZIMUTH (α) |
KOORDINAT B |
D (SIN α) |
D (COS α) |
KOORDINAT |
||||
X |
Y |
X |
Y |
X |
Y |
Z |
||||
B |
B - B1 |
19.00 |
60°39'00" |
28.844 |
101.070 |
16.561 |
9.313 |
45.4 |
110.4 |
6.3 |
B |
B - B2 |
17.00 |
63°01'50" |
28.844 |
101.070 |
15.151 |
7.710 |
44.0 |
108.8 |
5.8 |
B |
B - B3 |
18.00 |
63°13'40" |
28.844 |
101.070 |
16.070 |
8.108 |
44.9 |
109.2 |
6.1 |
B |
B - B4 |
15.00 |
56°46'40" |
28.844 |
101.070 |
12.548 |
8.218 |
41.4 |
109.3 |
6.1 |
B |
B - B5 |
11.00 |
81°42'40" |
28.844 |
101.070 |
10.885 |
1.586 |
39.7 |
102.7 |
6.1 |
B |
B - B6 |
23.00 |
100°10'20" |
28.844 |
101.070 |
22.638 |
-4.062 |
51.5 |
97.0 |
6.3 |
B |
B
- B7 |
9.00 |
43°22'50" |
28.844 |
101.070 |
6.182 |
6.541 |
35.0 |
107.6 |
6.1 |
B |
B - B8 |
7.00 |
4°25'30" |
28.844 |
101.070 |
0.540 |
6.979 |
29.4 |
108.0 |
5.9 |
B |
B
- B9 |
4.00 |
1°27'30" |
28.844 |
101.070 |
0.102 |
3.999 |
28.9 |
105.1 |
5.8 |
B |
B - B10 |
7.00 |
316°08'02" |
28.844 |
101.070 |
-4.851 |
5.047 |
24.0 |
106.1 |
6.1 |
B |
B - B11 |
8.00 |
172°05'30" |
28.844 |
101.070 |
1.101 |
-7.924 |
29.9 |
93.1 |
5.9 |
3.2.1. Analisis Koordinat Titik Detail Dari Titik B
Koordinat B (28.844,
101.070)
X (D sin
= 19x sin 60°39'00"
= 16.561
Y (D cos
= 19 x cos 60°39'00"
= 9.313
Koordinat
X = 28.844+ 16.561= 45.4
Koordinat Y = 101.070+9.313= 110.4
Koordinat Z = Elevasi B-B1
= 6.3
Analisis Koordinat Titik Detail Dari Titik C
TITIK |
JARAK |
AZIMUTH
(α) |
KOORDINAT
C |
D (SIN
α) |
D (COS
α) |
KOORDINAT |
||||
X |
Y |
X |
Y |
X |
Y |
Z |
||||
C |
C - C1 |
20.00 |
23°25'50" |
15.591 |
82.353 |
7.953 |
18.351 |
23.5 |
100.7 |
5.7 |
C |
C - C2 |
17.00 |
2°38'10" |
15.591 |
82.353 |
0.782 |
16.982 |
16.4 |
99.3 |
6.0 |
C |
C - C3 |
29.00 |
327°27'10" |
15.591 |
82.353 |
-15.602 |
24.446 |
0.0 |
106.8 |
5.7 |
C |
C - C4 |
12.00 |
31°53'00" |
15.591 |
82.353 |
6.338 |
10.190 |
21.9 |
92.5 |
5.6 |
C |
C - C5 |
12.00 |
24°39'20" |
15.591 |
82.353 |
5.006 |
10.906 |
20.6 |
93.3 |
5.5 |
C |
C - C6 |
12.00 |
2°59'00" |
15.591 |
82.353 |
0.625 |
11.984 |
16.2 |
94.3 |
5.9 |
C |
C - C7 |
17.00 |
321°27'50" |
15.591 |
82.353 |
-10.591 |
13.298 |
5.0 |
95.7 |
5.7 |
C |
C - C8 |
11.00 |
39°21'10" |
15.591 |
82.353 |
6.975 |
8.506 |
22.6 |
90.9 |
5.4 |
C |
C - C9 |
10.00 |
36°45'20" |
15.591 |
82.353 |
5.984 |
8.012 |
21.6 |
90.4 |
5.4 |
C |
C - C10 |
9.00 |
33°26'20" |
15.591 |
82.353 |
4.959 |
7.510 |
20.6 |
89.9 |
5.4 |
C |
C - C11 |
10.00 |
23°49'10" |
15.591 |
82.353 |
4.039 |
9.148 |
19.6 |
91.5 |
5.9 |
C |
C - C12 |
9.00 |
4°13'20" |
15.591 |
82.353 |
0.663 |
8.976 |
16.3 |
91.3 |
5.8 |
C |
C - C13 |
15.00 |
310°49'50" |
15.591 |
82.353 |
-11.350 |
9.807 |
4.2 |
92.2 |
5.7 |
C |
C - C14 |
8.00 |
60°59'00" |
15.591 |
82.353 |
6.996 |
3.881 |
22.6 |
86.2 |
5.8 |
C |
C - C15 |
6.00 |
45°52'50" |
15.591 |
82.353 |
4.307 |
4.177 |
19.9 |
86.5 |
5.8 |
C |
C - C16 |
4.00 |
9°05'00" |
15.591 |
82.353 |
0.631 |
3.950 |
16.2 |
86.3 |
5.7 |
C |
C - C17 |
13.00 |
292°48'90" |
15.591 |
82.353 |
-11.982 |
5.043 |
3.6 |
87.4 |
5.8 |
C |
C - C18 |
7.00 |
116°04'20" |
15.591 |
82.353 |
6.288 |
-3.077 |
21.9 |
79.3 |
5.8 |
Koordinat C (15.591, 82.353)
X (D sin
= 20 x sin
23°25'50"
= 7.953
Y (D cos
= 20 x cos 23°25'50"
= 18.351
Koordinat X = 15.591+7.953= 23.5
Koordinat Y , 82.353+18.351= 100.7
Koordinat Z = Elevasi C-C1
= 5,7
TITIK |
JARAK |
AZIMUTH (α) |
KOORDINAT D |
D (SIN α) |
D (COS α) |
KOORDINAT |
||||
X |
Y |
X |
Y |
X |
Y |
Z |
||||
D |
D - D1 |
8.50 |
349°22'00" |
-8.775 |
89.470 |
-1.568 |
8.354 |
-10.3 |
97.8 |
5.4 |
D |
D - D2 |
4.00 |
334°01'30" |
-8.775 |
89.470 |
-1.752 |
3.596 |
-10.5 |
93.1 |
5.3 |
D |
D
- D3 |
6.00 |
194°53'30" |
-8.775 |
89.470 |
-1.542 |
-5.798 |
-10.3 |
83.7 |
5.2 |
D |
D - D4 |
7.00 |
3°14'30" |
-8.775 |
89.470 |
0.396 |
6.989 |
-8.4 |
96.5 |
5.4 |
D |
D - D5 |
5.00 |
5°46'30" |
-8.775 |
89.470 |
0.503 |
4.975 |
-8.3 |
94.4 |
5.2 |
D |
D - D6 |
5.00 |
27°35'10" |
-8.775 |
89.470 |
2.315 |
4.432 |
-6.5 |
93.9 |
5.6 |
D |
D - D7 |
2.00 |
67°47'20" |
-8.775 |
89.470 |
1.852 |
0.756 |
-6.9 |
90.2 |
5.5 |
D |
D - D8 |
9.00 |
171°25'50" |
-8.775 |
89.470 |
1.341 |
-8.900 |
-7.4 |
80.6 |
5.3 |
D |
D - D9 |
11.00 |
50°59'20" |
-8.775 |
89.470 |
8.547 |
6.924 |
-0.2 |
96.4 |
5.6 |
D |
D-D10 |
10.00 |
57°10'00" |
-8.775 |
89.470 |
8.403 |
5.422 |
-0.4 |
94.9 |
5.5 |
D |
D-D11 |
8.00 |
87°40'20" |
-8.775 |
89.470 |
7.993 |
0.325 |
-0.8 |
89.8 |
5.6 |
D |
D-D12 |
13.00 |
142°08'00" |
-8.775 |
89.470 |
7.980 |
-10.263 |
-0.8 |
79.2 |
5.4 |
3.2.2. Analisis Koordinat Poligon Titik D
Koordinat D(-8.775, 89.470)
X (D sin
= 8,5 x sin 349°22'00"
=-1.568
Y (D cos
= 8,5 x cos 349°22'00"
= 8.354
Koordinat X = (-8.775+1.568)= 10.3
Koordinat Y = 89.470+8.354= 97,8
Koordinat
Z = Elevasi D-D1 = 5.4 |
PENUTUP
Dari
praktikum perpetaan ini dapat diambil kesimpulan :
1. Jarak untuk setiap titik awal / tempat
alat dengan setiap titik bidikan memiliki nilai jarak yaitu : di titik A
(dengan sudut =0º)
dmA-A1 = 3,8 m, di titik
B jarak dmA-A2
= 2,8 m.
(dengan sudut =0º) dari hasil
jarak tersebut maka untuk setiap titik / tempat alat dengan setiap titik
bidikan yang ada memiliki nilai jarak yang
tidak sama, yaitu AB ≠ AC
2.
Beda
tinggi, pengukuran beda tinggi ini untuk mengetahui beda ketinggian antara
titik awal / tempat alat dengan titik bidikan, apabila beda tinggi yang
dihasilkan bernilai negatif maka tanah dititik bidikan lebih rendah / turun
dari pada titik awal / tempat alat, ataupun sebaliknya apabila bernilai positif
maka tanah dititik bidikan lebih tinggi / naik dari pada titik awal / tempat
alat. Beda tinggi untuk setiap titik, yaitu : A-A1
= 0,084 m, A-A2
= 0,042 m. sama halnya dengan jarak, untuk
setiap titik awal / tempat alat dengan titik bidikan pada semua titik awal
memiliki nilai beda tinggi yang tidak sama.
Perbedaan nilai pada beda tinggi yang tidak signifikan disebabkan karena kondisi medan yang curam.
3. Bentuk
Penggambaran peta kontur membutuhkan data Azimut ,jarak ,koordinat (X,Y ), ΔH,
dan membuat kortur itu harus menentukan interval kontur, Dan mempunyai
titik-titik yang sama.
Dalam perhitungan
dan pengukuran data-data diperlukan prinsip-prinsip pengukuran untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.Susunan dalam laporan
harus mengikuti metodologi yang baik dan pengumpulan data dari berbagai sumber.
Untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas
pengukuran harus berdasarkan pada prinsip-prinsip pengukuran,yaitu :
a. Perlu adanya pengecekan terpisah
b.
Tidak
adanya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran
Kiranya laporan
ini bisa dipergunakan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penyusunan
laporan-laporan selanjutnya yang lebih baik dan sempurna.
ZulaidyZul , 2012. Contoh Laporan Praktikum Survey
Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass, Diakses tanggal 9 Desember 2015, pukul
15.30,
http:// zulzulaidy.blogspot.co.id/201210/bab–
i–pendahuluan–1.html
Hafni Sarmila, 2013. Penilaian Praktikum, diakses tanggal 28
Desember 2015, pukul 19.47, http : // sarmilahafni.blogspot.co.id
Universitas
Wiraraja Sumenep, Pedoman
Praktikum Perpetaan, (Sumenep:
Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik - UNIJA, 2017
Komentar
Posting Komentar