Laporan Praktikum Perpetaan, Pengukuran Mengunakan Theodolit di Lapangan

 LAPORAN PRAKTIKUM

 PERPETAAN

 

 

OLEH

KELOMPOK XIV

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

 

FAKULTAS TEKNIK

 

UNIVERSITAS WIRARAJA

 

SUMENEP

 

2020


 


 LAPORAN PRAKTIKUM

PERPETAAN

 

 

OLEH :

AINUR IHSABAIHAKI                                     7185.1.1007

MOH. RASIDI                                                     7185.1.1017

JAMIL ARDIANSYAH                                      7185.1.1029

MOH HILSONRAHMATULLAH                     7185.1.1020

EKO WAHYUDI                                                  7185.1.1030

 


 

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
 
UNIVERSITAS WIRARAJA
 
SUMENEP
 
2020


 

LEMBAR PENGESAHAN

 

Laporan Praktikum yang di susun oleh kelompok XII (Dua Belas)

dan telah dipertahankan di depan penguji

Pada tanggal ……………….

 

 

Penguji I,

Penguji II,

 

 

(Anita Intan Nura Diana, MT.)

(Subaidillah Mansuri, MT.)

 

 

 

Mengesahkan,

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Kepala Laboratorium

 

 

(Ahmad Suwandi, MT.)

(Ach. Desmantri Rahmanto, MT.)

 


KATA PENGANTAR 

Segala puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat AllahSubhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada semua hamba – hambanya yang muslin dan muslimah.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, Karena kehadirannya kita terbebas dari zaman jahilia menuju zaman yang beradab.Dan semoga kesejahteraan tetap tercurah limpahkan kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta pengikutnya .

Alhamdulillah walaupun dalam jangka waktu yang cukup lama dan berkat pertolongannya, penyusun dalam menyelesaikan laporan praktikum ini yang berjudul  “ PERPETAAN”.

Dengan rasa takdzim dan rendah hati, penyusun haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada yang terhormat:

1.      Ibu Choliluh Cahyati, MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Wiraraja.

2.      Bapak Ahmad Suwandi, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil.

3.      Bapak Ach. Desmantri Rahmanto,MT. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

4.      Bapak Dwi Deshariyanto, MT. Selaku dosen pengajar dan pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama praktikum

5.      Bapak / Ibu selaku penguji hasil dari praktikum Perpetaan

6.      Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan kepada kita semua.

7.      Teman-teman Fakultas Teknik yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan Laporan ini.

8.      Semuapihakbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsungyangtelahmembantu sehingga laporaninidapat terselesaikan dengan baik.

Penyusun telah berusaha  agar laporan ini sempurna, jika terdapat kesalahan dalamlaporaninikamimohonmaaf.Sarandankritikyangmembangundaripembaca sangatpenyusun harapkanuntukperbaikan kedepan.

Akhirkata,sayaberharapsemogaLaporanResmiPerpetaan inidapatbermanfaat dan memberikan ilmu bagipenyusun pada khususnyadan pembaca padaumumnya.

                                                                                 

 

Sumenep,  Oktober 2020

 

 

        Team Praktikum


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..

LAPORAN PRAKTIKUM...

LEMBAR PENGESAHAN.. i

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iv

BAB I PENDAHULUAN.. 1

1.1.      Latar Belakang. 1

1.2.      Rumusan Masalah. 1

1.3.      Tujuan Praktikum.. 1

1.4.      Jadwal Pelaksanaan. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 3

2.1.      Pengertian Praktikum.. 3

2.2.      Pengertian Theodolit 3

2.3.      Bagian - Bagian Theodolit 4

2.4.      Poligon. 5

2.5.      Perhitungan Jarak Vertikal dan Horizontal 13

2.6.      Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran. 15

2.7.      Hambatan Dalam Pengukuran. 16

2.8.      Azimuth. 16

2.9.      Prosedur Percobaan. 17

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.. 19

3.1.      Analisis Data Lapangan. 19

3.2.      Analisis Data Koordinat 25

BAB IV PENUTUP. 37

4.1.      Kesimpulan. 37

4.2.      Saran. 38

DAFTAR PUSTAKA.. 39

LAMPIRAN.. 40


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Perpetaan merupakan ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk topografi permukaan bumi beserta obyek-obyek di atasnya untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Perpetaan menjadi dasar bagi beberapa mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam kegiatan ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang dibagun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi.

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang tepat pula. Pengukuran-pengukuran menggunakan waterpas, theodolit. Total station dan sebagainya dapat mengasilkan data dan ukuran yang dapat dipertanggung jawabkan.

1.2.  Rumusan Masalah

1)   Bagaimana cara mengoprasikan theodolith di lapangan ?

2)   Bagaimana cara membuat poligon di lapangan ?

3)   Bagaimana cara mengolah data hasil di lapangan ?

1.3.  Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk :

1)   Untuk mengetahui bagaimana cara mengoprasikan Theodolit di lapangan.

2)   Untuk mengetahui peralatan dan prosedur dalam pengukuran menggunakan Theodolit.

3)   Untuk mengetahui cara menghitung jarak, azimuth, dan sudut .

4)   Untuk mengetahui cara membuat peta kontur.

1.4.  Jadwal Pelaksanaan

Lokasi diadakannya pengambilan data yaitu :

1.    Tempat            : Gedung BAPSI + PMB + BAAK

     Waktu              : 12.00 – 15.00 WIB

Tanggal            : Senin , 21 September 2020

2.    Tempat            : Gedung BAPSI + PMB + BAAK

     Waktu              : 08.00 – 15.00 WIB

Tanggal            : Selasa  , 22 September 2020


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian Praktikum

Kata praktikum berasal dari kata practiqu / pratique (Prancis), practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”. Dalam bahasa Inggris, praktikum bermakna sama dengan excersice (exercice) [Prancis], exercitium / execere [Latin] yang secara harfiah berarti “tetap aktif/sibuk” yang juga bermakna sama dengan “latihan” atau “responsi” ( Penilaian Praktikum, Hafni Sarmila, 2013).

Menurut Djamarah dan Zain (2002:95) memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya ( Penilaian Praktikum, Hafni Sarmila, 2013).

2.2.  Pengertian Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

Di dalam pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut vertikal dibuat 90°. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).

Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perancanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Menurut (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ), Syarat-syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolit sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :

a.    Sumbu kesatu benar-benar tegak / vertikal.

b.    Sumbu kedua harus benar-benar mendatar.

c.    Garis bidik harus benar-benar tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

d.   Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

Saat ini pesawat theodolit memiliki dua macam yaitu Theodolit Biasa dan Theodolit Digital. Yang membedakan antara kedua theodolit tersebut adalah pada pembacaan sudutnya baik penggunaan sudut horizontal maupun sudut vertikal, sedangkan bagian-bagian yang lain dan cara pengoprasiannya tetap sama.

Pengukuran alat theodolite adalah untuk mendapatkan data-data yang nantinya diperlukan dalam pembuatan peta situasi yang diantaranya adalah tinggi alat, bacaan benang (benang atas, benang bawah dan benang tengah), sudut horizontal dan sudut vertikal.  (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).

2.3.  Bagian - Bagian Theodolit


 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Theodolite dan bagian – bagiannya

(Sumber :Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019 ).

Menurut (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019 ), Bagian – bagian dan fungsi yang terdapat pada pesawat theodolite adalh sebagai berikut :

a.    Nivo kotak digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar. Pada    kebanyakan theodolite yang baru, nivo teropong sudah tidak ada.

b.    Klem pengunci sebagai pengunci klem horizontal agar theodolite tidak bergerak secara horizontal.

c.    Penggerk halus berfungsi menggerakkan teropong arah horizontal dengan perlahan pada saat klem horizontal dikunci.

d.   Tempat battery sebagai tempat baterai.

e.    Klem pengunci lingkaran horizontal berfungasi sebagai klem pembuka atau pengunci lingkaran horizontal.

f.     Penggerak halus lingkaran horizontal sebagai menggerakkan teropong arah horizontal dengan perlahan pada saat klem horizontal dikunci.

g.    Klem pengatur nivo tabung untuk mengatur horizontal pada saat theodolite.

h.    Handle / pembawa sebagai pegangan saat membawa theodolite.

i.      Lensa okuler berfungsi untuk menagkap bayangan objek / target lensa positif yang memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil.

j.      Klem pengatur fokus benang untuk memfokuskan objek dan benang.

k.    Tombol ON / OFF sebagai tombol untuk mematikan dan menghidupkan theodolite.

l.      Nivo tabung sebagai alat penunjuk bahwa theodolite sudah pada posisi horizontal.

m.  Display.

n.    Keyboard ( papan tombol ).

o.    Plat dasar sebagai plat penyangga seluruh bagian alat.

2.4.  Poligon

Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti sudut.Secara harfiah poligon berarti sudut banyak.Namun arti yang sebenarnya adalah rangakaian titik-titik secara berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan.Sebagai kerangka dasar, posisi atau koordinat titik poligon harus diketahui atau ditentukan secara teliti.  Karena akan digunakan sebagai detail, pengukuran poligon harus memenuhi kreteria atau persyaratan tertentu. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).

Menurut (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018), Poligon ada beberapa macam, dibedakan berdasarkan kreteria tertentu, antara lain :

a.    Atas dasar titik ikat : Terikat sempurna, terikat tidak sempurna, terikat sepihak dan terikat bebas (tanpa ikatan).

b.    Atas dasar bentuk : Terbuka, tertutup dan bercabang.

c.    Atas dasar alat yang digunakan untuk pengukuran : Poligon theodolit (poligon sudut) dan poligon kompas.

d.   Atas dasar penyelesaian : Poligon hitungan (numeric) dan poligon grafis.

e.    Atas dasar tingkat ketelitian :Tingkat I, tingkat II, tingkat III dan tingkat IV (rendah).

f.     Atas dasar hirarkhi dalam pemetaan : Poligon utama (induk) dan poligon cabang (anakan / ray).

Rumus umum penentu koordinat suatu titik, misal titik 2 yang diikat dari 1   yang telah diketahuai koordinatnya adalah :

X2 = X1 + d1 – 2 sin α1 – 2

Y2=Y1 + d1 – 2 cos α1 – 2 ………………………………………………….(1)

Titik 1 disebut titik α1 – 2 disebut sudut jurusan atau azimut sisi       1 – 2, d1 – 2 adalah jarak sisi 1 – 2.Apabila sudut diukur pada titik 2 dan jarak diukur dari titik 2 ke titik 3 dapat dicari.Sedemikian seterusnya, sehingga unsur yang diukur dalam poligon adalah jarak dan sudut.Gambar 2. Poligon Terikat Sempurna.

 



 

 

 

 

 

 


Gambar 2. Penentuan Titik Poligon Terbuka

Keterangan gambar :

A dan P                       : Titik ikat awal

B dan Q                      : Titik ikat akhir

αAP                               : Azimut awal

αBQ                               : Azimut akhir

Sudut ukuran βA          : β1, β2, β3, ........βn, βB

Jarak ukuran dA1          : d12, d23, ........d(n – 1)n, dnB

Semakin jauh dari titik ikat, kesalahan akan semakin besar. Oleh karena itu agar kesalahan tersebut tidak merambat, akhir dari poligon perlu dikontrol, baik berupa kontrol koordinat maupun control jurusannya (azimutnya).Poligon yang demikian dinamakan poligon terikat sempurna.

Apabila dari data ukuran sudut dan jarak langsung dihitung koordinat titik-titik poligon dengan titik ikat awal (A) sampai titik B, maka akan didapat koordinat titik B yang tidak sama dengan koordinat titik ikat B yang diketahui, hal ini dikarenakan pengukuran sudut dan jarak dipengaruhi dengan adanya kesalahan. Oleh karena itu, sebelum perhitungan koordinat dilakukan, penelitian sudut-sudut dan jarak-jarak ukuran dilakukan terlebih dahulu.Untuk dapat melakukan penelitian kedua unsur tersebut, maka harus diketahui dan ditentukan terlebih dahulu syarat-syarat apakan yang harus dipenuhi oleh suatu poligon. A – a(Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2016 ).

Telah diketahui bahwa sudut-sudut ukuran dipakai untuk mencari sudut jurusan atau azimut sisi poligon, yang selanjutnya dengan data jarak digunakan untuk mencari koordinat. Maka akan dicari sudut jurusan atau azimut disemua sisi poligon terlebih dahulu.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :

αA1                = αAp + βA

α12                 = αA1 + β1 – 180°

                 = αAp + βA + β1 – 180°

α23             = α12 + β2 – 180°

                 = αAp + βA + β1 + β2 – 360°

α34             = α23 + β3 – 180°

                 = αAp + βA + β2 + β3 – 540°

α4B            = α34 + βB – 180°

                 = αAp + βA + β2 + β3 – β4 720°

αBQ            = α4B + βB – 180°

                 = αAp + βA + β2 + β3 – βB 900°

α3B            = α23 + β3 – 180°

                 = αAp + β1 + β2 + β3 – 540°

αBQ            = α3B + β4 – 180°

                 = αAp + β1 + β2 + β3 + β4 – 720°

Atau

αBQ = αAp

Atau

(αBQ – αAp) +

Atau secara umum dapat ditulis :

akhir awal ) + n . ° …………………………………………(2)

 

2.4.1. Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu.Poligon semacam ini merupakan poligon yang paling disukai di lapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang memang sulit didapatkandi lapangan, namun hasil ukurannya cukup terkontrol.


 

 

 

 

 

 


Gambar 3. Poligon Tertutup

Karena bentuknya tertutup maka akan membentuk segi banyak atau segi n (n = banyaknya titik poligon). Syarat-syarat geometris dari poligon tertutup adalah :

1.    Syarat sudut

      = (n – 2) . 180°, apabila sudut dalam

      = (n + 2) . 180°, apabila sudut luar

2.    Syarat absis

      = 0

      = 0

Adapun prosedur perhitungannya sama dengan prosedur perhitunngan pada poligon terikat sepihak, poligon terbuka tanpa ikatan, syarat-syarat geometris tersebut tidak dapat diberlakukan. Hal ini mengakibatkan posisinya sengat lemah karena tidak adanya control pengukuran dan control perhitungan. Jadi sebaiknya poligon semacam ini dihindari. Posisi titik-titik poligon yang ditentukan dengan cara menghitung koordinat-koordinatnya dinamakan penyelesaian secara umum atau poligon hitungan. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019).

2.4.2. Poligon Hanya Terikat Pada Koordinat Awal dan Akhir

Apabila sebuah poligon terikat pada awal dan akhir, masing-masing pada titik A dan B yang telah diketahui koordinatnya namun tidak diketahui azimut-azimutnya, maka koordinat tersebut dapat diselesaikan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan azimut awal yang diambil dengan pendekatan atau diukur dengan kompas. Dengan azimut ini dan dengan ikat titik awal yang telah diketahui koordinatnya, selanjutnya poligon dihitung sebagai poligon lepas, sehingga didapat koordinat titik B’ dari titik A dan titik B’ dapat dihitung azimut AB’. Demikian pula, dari titik ikat awal A dan titik ikat akhir B dapat dihitung azimut AB. Selisih dari keduanya merupakan besar sudut rotasi yang harus diberikan pada azimut pendekatan. Pada perhitungan tahap kedua, poligon dihitung kembali dengan azimut awal hasil rotasi tahap pertama sebagai poligon sempurna. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).

2.4.3. Poligon Kompas

Pada poligon theodolite sebagaimana paragraph di atas, semua sudutnya di hitung. Sudut sudut ini akan di pakai untuk mencari sudut jurusan atau azimuth dari sisi sisi polygon berikutnya.


 

 

 

 

 

 


Gambar 4. Poligon Kompas

Namun pada alat ukur sudut yang telah menggunakan kompas, pada setiap arah yang di bidik akan terbaca sudut jurusannya (azimuth kompas). Misal pada gambar di bawah ini kita memasang alat di titik 1 dan kemudian membidik titik 2, maka kita akan mendapatkan sudut jurusan α12. Kemudian alat ukur di pindahkan ke titik 2 dan dari titik ini membidik 1 dan 3 sehingga di dapatkan dua jurusan sekaligus, yaitu α23 dan α21. Karena mempunyai data α21 maka dengan sendirinya bisa menghitung α12, yaitu α12 = α21 - 180°. Jadi kita tidak perlu memasang alat ukur di titik 1.

Demikian selanjutnya, kita tidak perlu memasang alat di titik 3, tapi dari dua langsung ke titik 4, Karena dari titik 4 dapat di bidik titik 3 untuk mendapatkan sudut  jurusan α43 dan dari hal ini dapat di hitung α34. Dengan demikian jika polygon di ukur dengan kompas, alat ukur tidak perlu di pasang di setiap titik polygon, melainkan berselang satu, yaitu dari titik 2 pindah ke titik 4, titik 6, titik 8 dan selanjutnya. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019 ).

2.4.4. Poligon Grafis

Apabila suatu polygon sudah di ketahui sudut sudutnya, arah arahnya serta jarak sisi sisinya, penggambarannya dapat di lakukan dengan lebih dahulu menghitung koordinat titik titik polingon tersebut, atau dapat pula di gambarkan langsung dari data sudut atau jurusan dengan busur derajat dan dari data jarak dengan mistar skala. Penggambaran polygon yang terakhir ini di namakan polygon grafis.



 

 

 

 

 

 


Gambar 5. Poligon Grafis.

Misalnya berdasarkan hasil pengukuran sudut, arah dan jarak sisi sisinya, polygon tertutup A,B,C,D,E,F,A  akan di plot secara berurutan dari A sampai A lagi. Pada umumnya titik A yang terakhir tidak akan berimpitdengan titik A semula, tetapi bergeser ke A”.

Jarak linear dari A-A” di namakan kesalahan penutup jarak.Arah kesalahannya adalah A-A*, sehingga arah koreksinya dari A* ke A. di setiap titik polygon hasil plot di buat arah sejajar A*-A. besar koreksi di setiap titik poligon sebanding dengan jarak dari titik awal.Setelah semua posisi titk titik polygon di koreksi, semua titik di hubungkan kembali secara berurutan, sehingga di dapatkan polygon yang telah di koreksi.

Pada umumnya polygon grafis adalah polygon yang di ukur dengan kompas, sedang polygon numeris (hitungan) adalah polygon yang di ukur dengan theodolite (polygon sudut).(Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019 ).

2.4.5. Poligon Simpul

Pada polygon yang di buat dari tiga buah titik tetap (yang telah tertentu koordinatnya) atau lebih dan bertemu pada sebuah titik, titik pertemuan dari polygon polygon tersebut di namakn titik simpul atau titik sekutu.


 

 

 

 

 

 

 


Gambar 6.poligon simpul

Pada gambar di atas, titik s adalah titik simpul polygon AS, BS dan CS, sedangkan titik A,B dab C adalah titik tetap awal masing masing polygon yang telah terdapat pula azimuth azimutnya sebagai azimuth pengikat. Apabila setiap polygon di hitung sendiri sendiri, maka akan di dapat tiga koordinat titik S, yang mungkin harganya berbeda satu sama lain. Koordinat koordinat titik S yang berbeda ini perlu di ratakan menggunakan ilmu hitung perataan untuk mendapatkan sebuah koordinat titik simpul S. untuk itu di gunakan unsure berat karena adanya perbedaan ketelitian dari masing masing polygon tersebut. Perbedaan ketelitian tersebut, mungkin di sebabkan oleh jarak masing masing polygon yang tidak sama, atau banyaknya titik sudut polygon. Oleh karenanya, perambatan kesalahan pada titik simpul S dari setiap polygon memberikan pengaruh yang tidak sama pula. (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2019 ).

2.5.  Perhitungan Jarak Vertikal dan Horizontal

Pada alat waterpass, rumus jarak optis bila garis bidik tegak lurus pada rambu ukur adalah :

= 100 (BA - BB)………………………………………………………..(3)

Menurut (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2017 ), Sedangkan pada theodolite tidak tegak lurus, tapi membentuk sudut α, maka rumus yang di gunakan digunakan adalah :

= 100 (BA - BB) cos α………………………………………………….(4)

Dari rumus tersebut, di dapat,

=100 (BA-BB) cos α…………………………………………............(5)

Atau dapat juga di tulis :

=10(BA - BB) α……………………...……………....…….……(6)

Dimana :   = jarak miring antara A – B

 = jarak optis antara titik A – B

               BA = bacaan benang atas

 BB = bacaan benang bawah

Gambar 7. Pengukuran Jarak dan beda tinggi menggunakan theodolite.

( Sumber : Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).

Untuk beda tinggi:

=  +  + V + BT + ………….......…………...........(7)

Dimana :      

 = tinggi alat

 = tinggi patok A

BT  = bacaan benang tengah

 = tinggi patok B

2.6.  Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran

Menurut (Laporan Praktikum Survey Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass, zul zulaidy, 2012) Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu

a.    Kesalahan Besar ( Mistakes Blunder )

Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila terjadi kesalahan ini, maka pengukuran harus di ulang atau hasil yang mengalami kesalahan tersebut dicoret saja.

b.    Kesalahan Sistematis ( Sistematic Error )

Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya panjang meter yang tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak sempurna. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi alat / memperbaiki alat.

c.    Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental Error )

Kesalahan ini dapat terjadi karena hal–hal yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah. Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai rata– rata sebagai hasil.

2.7.  Hambatan Dalam Pengukuran

Menurut (Laporan Praktikum Survey Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass, zul zulaidy, 2012) Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya / proses pengukuran yaitu :

a.    Faktor Kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran,

b.    Faktor bahan dan alat,

c.    Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena apabila cuaca hujan otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh dari hujan

2.8.  Azimuth

Azimuth sebuah garis adalah juruzan horizontal yang di ukur searah jarum jam dari sebuah jurusan nol yang menunjukkan utara dari stasiun di tempati. Setiap garis mempunyai dua azimuth, tergantung dari posisi pengamat. Sebagai contoh, dalam gambar suatu survey maju dari A menuju B. sudut α adalah azimuth muka untuk garis ini. Untuk arah dari B ke A, sudut b di sebut azimuth belakang dari sebuah garis.


Sebagai contoh, bila azimuth dalam gambar yang di tandai 45° harus di ambil ke belakang, maka azimuth tersebut haruslah 45° + 180° = 225°. Juga kalau azimuth untuk 217°43’ di balik, azimuth tersebut haruslah 217°43’ - 180° = 37°43

 

 

 

 

Gambar 8. Penggambaran Azimut

Azimut lebih mudah di tentukan dari pada bearing karena sinus dan cosinus sudut azimuth dengan sendirinya mempunyai tanda aljabar yang benar untuk garis lintang (latitude) dan keberangkatan(departure).


Contoh menghitung azimuth dari utara untuk AB, BA, dan BC, azimuth BA di tentukan dengan menambah 180° pada sudut AB. Kemudian sudut yang berlawanan jarum jam 127°11’, di kurangkan dari azimuth BA untuk mendapatkan azimuth BC (Buku Pedoman Praktikum Perpetaan, 2018 ).

 

 

 

 

 


Gambar 9.perhitungan sudut azimuth

+ 45°35’    = AB

225°35’   = azimuth BA

2.9.  Prosedur Percobaan

1.         menyiapkan alat perlengkapan pengukuran berupa:

a.    Theodolite digital

b.    Statip (kaki tiga)

c.    Unting unting

d.   Bak ukur(rambu ukur)

e.    Roll meter

f.     Alat tulis dan perlengkapan lainnya.

2.         menentukan lokasi pengukuran

3.         menggambarkan sketsa lokasi pengukuran

4.         menentukan titik lokasi pengukuran pada sketsa yang ada

5.         meletakkan alat pada titik awal yang telah di tentukan, meliputi:

a.    Memasang titik statip

b.    Memasang pesawat

c.    Menyetel nivo

Cara penggunaan theodolite digital:

1.    Cara seting optis

a.         Alat di letakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk centering optis.

b.         Pengunci kaki statif di kendurkan, kaki statif di tancapkan ke tanah dan di kunci atau di kencangkan lagi.

c.         Gelembung nivo di atur berada tepat pada tengah lingkaran.

d.        Mengatur salah satu nivo tabung dengan mengatur sekrup pengatur nivo.

e.         Mengatur nivo tabung yang lain.

f.          Mengatur nivo teropong dengan sekrup pengatur nivo teropong.

2. Cara penggunaan alat

a.         Memasukkan baterai kedalam tempatnya kemudian melakukan centering optis ke atas

b.         Menghidupkan display dan atur sesuai keperluan.

c.         Untuk membaca sudut mendatar, arahkan teropong pada titik yang di kehendaki kemudian membaca pada display.

d.        Untuk membaca sudut vertical, teropong di arahkan secara vertical dan kemudian di baca pada display.

6. mengukur tinggi pesawat dengn roll meter.

7. mencari sudut vertical dan horizontal pada pembacaan sudut.

8. membaca BA, BB dan BT pada baak ukur.

9. mengukur jarak antara pesawat dengan roll meter.

10. melepas hold pada pesawat lalu memutar alat ke titik selanjutnya dan melakukan hal yang sama dengan point 7,8,9.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.  Analisis Data Lapangan

3.1.1.      Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail  A

TITIK UKUR

TINGGI ALAT / PATOK (m)

BACAAN SUDUT

JARAK (m)

BACAAN BENANG

BEDA TINGGI (m)

ELEVASI (m)

KET

DARI

KE

HORIZONTAL

VERTIKAL

MIRING

DATAR

ATAS

TENGAH

BAWAH

+

-

BM = 5m

TA

BM

1.4

138°47'40"

0

0

6

1330

1300

1270

0.100

5.000

A

1.4

A

A1

1.4

130°27'00"

0

0

20.00

1050

950

850

0.450

5.350

A

A2

1.4

128°54'30"

0

0

18.00

1320

1230

1140

0.170

5.070

A

A3

1.4

129°10'50"

0

0

18.00

1240

1150

1060

0.250

5.150

A

A4

1.4

121°42'20"

0

0

17.00

1230

1140

1060

0.260

5.160

A

A5

1.4

97°23'00"

0

0

17.00

1190

1100

1020

0.300

5.200

A

A6

1.4

136°25'50"

0

0

14.00

1390

1320

1250

0.08

4.980

A

A7

1.4

134°50'20"

0

0

10.00

1240

1210

1140

0.190

5.090

A

A8

1.4

96°14'30"

0

0

10.00

1400

1350

1300

0.05

4.950

A

A9

1.4

185°06'40"

0

0

8.00

1250

1210

1170

0.19

5.090

A

A10

1.4

187°43'40"

0

0

8.00

1690

1655

1610

-0.255

4.645

A

A11

1.4

199°18'10"

0

0

6.50

1265

1230

1200

0.17

5.070

A

A12

1.4

192°56'40"

0

0

4.50

1745

1730

1700

-0.33

4.570

A

A13

1.4

254°39'30"

0

0

9.00

1275

1225

1185

0.175

5.075

A

A14

1.4

262°14'50"

0

0

7.50

1520

1475

1445

-0.075

4.825

A

A15

1.4

291°22'00"

0

0

6.50

1300

1270

1235

0.13

5.030

A

A16

1.4

320°14'20"

0

0

7.00

1270

1240

1200

0.16

5.060

TA

TD

1.4

192°38'40"

0

0

24.00

1270

1150

1030

TA

TB

1.4

108°54'50"

0

0

45.00

1150

880

700

 

 

3.1.2.      Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail A

PA-A1                 

do = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

= ( (1050850)x100))/1000

= 20 meter

∆HA-A1= TA – (BT/1000)

= 1,40 – (950/1000)

=  0,45meter

Elevasi (H) = HBM+ ∆HA-A1

= 4,9+ 0,45

= 5,35 meter

 

PA-A2                 

do = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ((13201140)x100))/1000

      = 18meter

∆HA-A2 = TA – (BT/1000)

= 1,40 – (1230/1000)

= 0,17 meter

Elevasi (H) = HBM+ ∆HA-A1

= 4,9+ 0,17

= 5,07 meter

 

 

3.1.3.      Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail B

TITIK UKUR

TINGGI ALAT / PATOK (m)

BACAAN SUDUT

JARAK (m)

BACAAN BENANG

BEDA TINGGI (m)

ELEVASI (m)

KET

DARI

KE

HORIZONTAL

VERTIKAL

MIRING

DATAR

ATAS

TENGAH

BAWAH

+

-

B

1.45

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B

B1

1.45

60°39'00"

0

0

19.00

990

900

800

0.55

 

6.330

 

B

B2

1.45

63°01'50"

0

0

17.00

1550

1470

1380

-0.02

5.760

B

B3

1.45

63°13'40"

0

0

18.00

1270

1180

1090

0.27

 

6.050

 

B

B4

1.45

56°46'40"

0

0

15.00

1180

1100

1030

0.35

 

6.130

 

B

B5

1.45

81°42'40"

0

0

11.00

1270

1180

1160

0.27

 

6.050

 

B

B6

1.45

100°10'20"

0

0

23.00

1080

960

850

0.49

 

6.270

 

B

B7

1.45

43°22'50"

0

0

9.00

1140

1100

1050

0.35

 

6.130

 

B

B8

1.45

4°25'30"

0

0

7.00

1360

1320

1290

0.13

 

5.910

 

B

B9

1.45

1°27'30"

0

0

4.00

1490

1470

1450

-0.02

5.760

B

B10

1.45

316°08'02"

0

0

7.00

1130

1090

1060

0.36

 

6.140

 

B

B11

1.45

172°05'30"

0

0

8.00

1370

1330

1290

0.12

5.900

 

TB

TC

1.45

0°00'00" 

0

0

37.00

1170

910

800

TB

TA

1.45

 81°49'00" 

0

0

45.00

950

740

500

 

3.1.4.      Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail B

PB-B1                 

do  = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ( (990800)x100))/1000

      = 19 meter

∆HB-B1 = TB – (BT/1000)

  = 1,45 – (900/1000)

  =  0,55meter

∆HA-B= TA – (BT/1000)

           = 1,45 – (740/1000)

           = 0,71 meter

Elevasi (H) = (HBM -∆HA-B + ∆HB-B1 )

                 = 4.9 -0.71 + 0,55

               = 4,71 meter

 

PB-B2                 

do = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ((15501380)x100))/1000

      = 17 meter

∆HB-B2 = TB – (BT/1000)

       = 1,45 – (1470/1000)

= -0,02meter

∆HA-B= TA – (BT/1000)

           = 1,45 – (740/1000)

           = 0,71 meter

Elevasi (H) = ((HBM-∆HA-B - ∆HB-B1 )

                 = 4,9 – 0.71 - 0,02

= 4,17 meter

 

 

 


3.1.1.      Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail C

TITIK UKUR

TINGGI ALAT / PATOK (m)

BACAAN SUDUT

JARAK (m)

BACAAN BENANG

BEDA TINGGI (m)

ELEVASI (m)

KET

DARI

KE

HORIZONTAL

VERTIKAL

MIRING

DATAR

ATAS

TENGAH

BAWAH

+

-

C

1.4

C

C1

1.4

23°25'50"

0

0

20.00

1480

1380

1280

0.020

5.710

C

C2

1.4

2°38'10"

0

0

17.00

1230

1140

1060

0.260

5.950

C

C3

1.4

327°27'10"

0

0

29.00

1490

1390

1200

0.010

5.700

C

C4

1.4

31°53'00"

0

0

12.00

1600

1540

1480

-0.140

5.550

C

C5

1.4

24°39'20"

0

0

12.00

1700

1630

1580

-0.230

5.460

C

C6

1.4

2°59'00"

0

0

12.00

1220

1190

1100

0.210

5.900

C

C7

1.4

321°27'50"

0

0

17.00

1460

1380

1290

0.020

5.710

C

C8

1.4

39°21'10"

0

0

11.00

1720

1680

1610

-0.280

5.410

C

C9

1.4

36°45'20"

0

0

10.00

1740

1690

1640

-0.290

5.400

C

C10

1.4

33°26'20"

0

0

9.00

1730

1690

1640

-0.290

5.400

C

C11

1.4

23°49'10"

0

0

10.00

1290

1240

1190

0.160

5.850

C

C12

1.4

4°13'20"

0

0

9.00

1290

1250

1200

0.150

5.840

C

C13

1.4

310°49'50"

0

0

15.00

1500

1420

1350

-0.020

5.670

C

C14

1.4

60°59'00"

0

0

8.00

1300

1270

1220

0.130

5.820

C

C15

1.4

45°52'50"

0

0

6.00

1360

1330

1300

0.070

5.760

C

C16

1.4

9°05'00"

0

0

4.00

1370

1350

1330

0.050

5.740

C

C17

1.4

292°48'90"

0

0

13.00

1380

1310

1250

0.090

5.780

C

C18

1.4

116°04'20"

0

0

7.00

1340

1300

1270

0.100

5.790

TC

TD

1.4

100°25'50"

0

0

22.00

1420

1310

1200

 

TC

TB

1.4

0°00'00"

0

0

37.00

1300

1110

930

 

 

3.1.2.      Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail C

PC-C1                 

do  = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ( (14801280)x100))/1000

      = 20 meter

∆HC-C1 = TC – (BT/1000)

           = 1,4 – (1380/1000)

           =  0,020 meter

∆HA-B= TA – (BT/1000)

           = 1,45 – (740/1000)

           = 0,75 meter

∆HB-C = TB – (BT/1000)

           = 1,4 – (1110/1000)

           = 1,554 meter

Elevasi (H) = (HBM - ∆HA-B - ∆HB-C + ∆HC-C1 )

= 4,9 -0,75 – 1,554 + 0,020

= 2,616 meter

 

PC-C2                 

do = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ((12301060)x100))/1000

      =  17 meter

∆HC-C2 = TC – (BT/1000)

           = 1,4 – (1140/1000)

= 0,26meter

∆HA-B= TA – (BT/1000)

           = 1,4 – (740/1000)

           = 0,75 meter

∆HB-C = TB – (BT/1000)

           = 1,4 – (1110/1000)

           = 1,554 meter

Elevasi (H) = (HBM - ∆HA-A1- ∆HA-B - ∆HB-C +∆HC-C2 )

= 4,9 – 0,26 – 0,75 + 1,554

= 5,444 meter

 

 

3.1.3.      Tabel Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail D

TITIK UKUR

TINGGI ALAT / PATOK (m)

BACAAN SUDUT

JARAK (m)

BACAAN BENANG

BEDA TINGGI (m)

ELEVASI (m)

KET

DARI

KE

HORIZONTAL

VERTIKAL

MIRING

DATAR

ATAS

TENGAH

BAWAH

+

-

D

1.45

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D

D1

1.45

349°22'00"

0

0

8.50

1225

1180

1140

0.270

 

5.420

 

D

D2

1.45

334°01'30"

0

0

4.00

1340

1325

1300

0.125

5.275

 

D

D3

1.45

194°53'30"

0

0

6.00

1400

1360

1340

0.090

 

5.240

 

D

D4

1.45

3°14'30"

0

0

7.00

1230

1200

1160

0.250

 

5.400

 

D

D5

1.45

5°46'30"

0

0

5.00

1480

1450

1430

0.000

 

5.150

 

D

D6

1.45

27°35'10"

0

0

5.00

1080

1050

1030

0.400

 

5.550

 

D

D7

1.45

67°47'20"

0

0

2.00

1100

1090

1080

0.360

 

5.510

 

D

D8

1.45

171°25'50"

0

0

9.00

1330

1290

1240

0.16

5.310

 

D

D9

1.45

50°59'20"

0

0

11.00

1100

1040

990

0.410

 

5.560

 

D

D10

1.45

57°10'00"

0

0

10.00

1150

1100

1050

0.350

 

5.500

 

D

D11

1.45

87°40'20"

0

0

8.00

1040

1000

960

0.450

 

5.600

 

D

D12

1.45

142°08'00"

0

0

13.00

1290

1230

1160

0.220

 

5.370

 

TD

TC

1.45

93°36'00"

0

0

22.00

600

400

380

 

TD

TA

1.45

0°00'00"

0

0

24.00

1100

920

860

 

 

3.1.4.      Perhitungan Jarak, Beda Tinggi Dan Elevasi Titik Detail D

PD-D1                 

do  = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ((1225 1140)x100))/1000

      = 8,5meter

∆HD-D1 = TD – (BT/1000)

           = 1,45 – (1180/1000)

           =  0,27meter

∆HA-B= TA – (BT/1000)

           = 1,45 – (740/1000)

           = 0,75 meter

∆HB-C = TB – (BT/1000)

           = 1,4 – (1110/1000)

           = 1,554 meter

∆HC-D = TC – (BT/1000)

           = 1,45 – (1180/1000)

           = 0,27meter

Elevasi (H) = (HBM - ∆HA-B - ∆HB-C +∆HC-D + ∆HD-D1 )

= 4,9 – 0,75 – 1,554 + 0,27+ 0,27 = 3,136 meter

 

PD-D2                 

do = 0

dm = ((BA-BB)x100))/1000

      = ((1340 1300)x100))/1000

      = 4 meter

∆HD-D2 = TD – (BT/1000)

           = 1,45 – (1325/1000)

= 0,125meter

∆HA-B= TA – (BT/1000)

           = 1,45 – (740/1000)

           = 0,75 meter

∆HB-C = TB – (BT/1000)

           = 1,4 – (1110/1000)

           = 1,554 meter

∆HC-D = TC – (BT/1000)

           = 1,45 – (1180/1000)

           = 0,27meter

Elevasi (H) = (HBM - ∆HA-B - ∆HB-C + ∆HC-D + ∆HD-D2 )

= 4,9 – 0,75 – 1,554 + 0,27 + 0,27 = 0,27 meter

 

3.2. Analisis Data Koordinat

3.2.1.

U

Analisis Koordinat Poligon

 


A

βA

βB

B

 

 

 

 


βd

βC

C

D

 

 


Mencari sudut dalam, dengan besar sudut setiap titik :

A     : AD – AB  

: 192°38’40”- 108°54’50”

: 83°43’50”

B     : BC – BA

        : 81°49'00"- 0°00'00" 

: 81°49'00"

C     : CD - CB

: 100°25'50" - 0°00'00" 

: 100°25'50"

D     : DC - DA

: 93°36'00" - 0°00'00" 

: 93°36'00"

Untuk Mencari βA diperlukan nilai azimuth dan beta yang diketahui setiap titik, sehingga

αAB            =  AB (Azimut yang diketahui)

= 108°54'50"

αBC                        = αAB – βB + 180°

                    = 108°54’50" - 81°49'00"+ 180°

= 207°05'50"

αCD            = αBC – βC + 180°

                    = 207°05'50"- 100°32'10" + 180°

= 286°33'40"

αDA            = αCD – βD + 180°

                    = 286°33'40"- 93°42'20"  - 180°

 = 12°51'20"

∑βu = βA + βB + βC + βD

        = 83° 56’30”+ 81°49'00"+ 100°25'50"+ 93°42'20" 

 = 359°34'40"

    = (n – 2) x 180° - ∑βu = ((4-2) x 180°)) - 359°34'40"

                                               = 360° -359°34'40"

                                               = 0°25'20"


3.2.1.      Analisis Koordinat Titik Detail Dari Titik A

TITIK

JARAK

AZIMUTH (α)

KOORDINAT A

D (SIN α)

D (COS α)

KOORDINAT

X

Y

X

Y

X

Y

Z

A

A - A1

20.00

130°27'00"

-7.043

113.845

15.219

-12.976

8.2

100.9

5.4

A

A - A2

18.00

128°54'30"

-7.043

113.845

14.007

-11.305

7.0

102.5

5.1

A

A - A3

18.00

129°10'50"

-7.043

113.845

13.953

-11.372

6.9

102.5

5.2

A

A - A4

17.00

121°42'20"

-7.043

113.845

14.463

-8.934

7.4

104.9

5.2

A

A - A5

17.00

97°23'00"

-7.043

113.845

16.859

-2.185

9.8

111.7

5.2

A

A - A6

14.00

136°25'50"

-7.043

113.845

9.649

-10.144

2.6

103.7

5.0

A

A - A7

10.00

134°50'20"

-7.043

113.845

7.091

-7.051

0.0

106.8

5.1

A

A - A8

10.00

96°14'30"

-7.043

113.845

9.941

-1.087

2.9

112.8

5.0

A

A - A9

8.00

185°06'40"

-7.043

113.845

-0.713

-7.968

-7.8

105.9

5.1

A

A - A10

8.00

187°43'40"

-7.043

113.845

-1.076

-7.927

-8.1

105.9

4.6

A

A - A11

6.50

199°18'10"

-7.043

113.845

-2.149

-6.135

-9.2

107.7

5.1

A

A - A12

4.50

192°56'40"

-7.043

113.845

-1.008

-4.386

-8.1

109.5

4.6

A

A - A13

9.00

254°39'30"

-7.043

113.845

-8.679

-2.381

-15.7

111.5

5.1

A

A - A14

7.50

262°14'50"

-7.043

113.845

-7.431

-1.012

-14.5

112.8

4.8

A

A - A15

6.50

291°22'00"

-7.043

113.845

-6.053

2.368

-13.1

116.2

5.0

A

A - A16

7.00

320°14'20"

-7.043

113.845

-4.477

5.381

-11.5

119.2

5.1

 

 

Koordinat A (-7.043, 113.845)

X (D sin )  = 20 x sin           

= 20 x sin 130°27'00"

= 15,219

Y (D cos  20 x cos

= 20 x 130°27'00"= -12.976

Koordinat X = -7.043+15,219= 8.2

 

Koordinat Y = 113.845+ -12.976=  100.9

Koordinat Z = Elevasi A-A1 = 5.4

TITIK

JARAK

AZIMUTH (α)

KOORDINAT B

D (SIN α)

D (COS α)

KOORDINAT

X

Y

X

Y

X

Y

Z

B

B - B1

19.00

60°39'00"

28.844

101.070

16.561

9.313

45.4

110.4

6.3

B

B - B2

17.00

63°01'50"

28.844

101.070

15.151

7.710

44.0

108.8

5.8

B

B - B3

18.00

63°13'40"

28.844

101.070

16.070

8.108

44.9

109.2

6.1

B

B - B4

15.00

56°46'40"

28.844

101.070

12.548

8.218

41.4

109.3

6.1

B

B - B5

11.00

81°42'40"

28.844

101.070

10.885

1.586

39.7

102.7

6.1

B

B - B6

23.00

100°10'20"

28.844

101.070

22.638

-4.062

51.5

97.0

6.3

B

B - B7

9.00

43°22'50"

28.844

101.070

6.182

6.541

35.0

107.6

6.1

B

B - B8

7.00

4°25'30"

28.844

101.070

0.540

6.979

29.4

108.0

5.9

B

B - B9

4.00

1°27'30"

28.844

101.070

0.102

3.999

28.9

105.1

5.8

B

B - B10

7.00

316°08'02"

28.844

101.070

-4.851

5.047

24.0

106.1

6.1

B

B - B11

8.00

172°05'30"

28.844

101.070

1.101

-7.924

29.9

93.1

5.9

3.2.1. Analisis Koordinat Titik Detail Dari Titik B

 

Koordinat B (28.844, 101.070)

X (D sin ) = 19. x sin

     = 19x sin 60°39'00"

      = 16.561

Y (D cos  19x cos

       = 19 x cos 60°39'00"

        = 9.313

         Koordinat X = 28.844+ 16.561= 45.4

Koordinat Y = 101.070+9.313=  110.4

Koordinat Z = Elevasi B-B1 = 6.3

Analisis Koordinat Titik Detail Dari Titik C

TITIK

JARAK

AZIMUTH (α)

KOORDINAT C

D (SIN α)

D (COS α)

KOORDINAT

X

Y

X

Y

X

Y

Z

C

C - C1

20.00

23°25'50"

15.591

82.353

7.953

18.351

23.5

100.7

5.7

C

C - C2

17.00

2°38'10"

15.591

82.353

0.782

16.982

16.4

99.3

6.0

C

C - C3

29.00

327°27'10"

15.591

82.353

-15.602

24.446

0.0

106.8

5.7

C

C - C4

12.00

31°53'00"

15.591

82.353

6.338

10.190

21.9

92.5

5.6

C

C - C5

12.00

24°39'20"

15.591

82.353

5.006

10.906

20.6

93.3

5.5

C

C - C6

12.00

2°59'00"

15.591

82.353

0.625

11.984

16.2

94.3

5.9

C

C - C7

17.00

321°27'50"

15.591

82.353

-10.591

13.298

5.0

95.7

5.7

C

C - C8

11.00

39°21'10"

15.591

82.353

6.975

8.506

22.6

90.9

5.4

C

C - C9

10.00

36°45'20"

15.591

82.353

5.984

8.012

21.6

90.4

5.4

C

C - C10

9.00

33°26'20"

15.591

82.353

4.959

7.510

20.6

89.9

5.4

C

C - C11

10.00

23°49'10"

15.591

82.353

4.039

9.148

19.6

91.5

5.9

C

C - C12

9.00

4°13'20"

15.591

82.353

0.663

8.976

16.3

91.3

5.8

C

C - C13

15.00

310°49'50"

15.591

82.353

-11.350

9.807

4.2

92.2

5.7

C

C - C14

8.00

60°59'00"

15.591

82.353

6.996

3.881

22.6

86.2

5.8

C

C - C15

6.00

45°52'50"

15.591

82.353

4.307

4.177

19.9

86.5

5.8

C

C - C16

4.00

9°05'00"

15.591

82.353

0.631

3.950

16.2

86.3

5.7

C

C - C17

13.00

292°48'90"

15.591

82.353

-11.982

5.043

3.6

87.4

5.8

C

C - C18

7.00

116°04'20"

15.591

82.353

6.288

-3.077

21.9

79.3

5.8

 

Koordinat C (15.591, 82.353)

X (D sin ) = 20x sin

= 20 x sin 23°25'50"

= 7.953

Y (D cos  20  x cos

= 20  x cos 23°25'50"

= 18.351

Koordinat X = 15.591+7.953= 23.5

Koordinat Y , 82.353+18.351=  100.7

Koordinat Z = Elevasi C-C1 = 5,7


TITIK

JARAK

AZIMUTH (α)

KOORDINAT D

D (SIN α)

D (COS α)

KOORDINAT

X

Y

X

Y

X

Y

Z

D

D - D1

8.50

349°22'00"

-8.775

89.470

-1.568

8.354

-10.3

97.8

5.4

D

D - D2

4.00

334°01'30"

-8.775

89.470

-1.752

3.596

-10.5

93.1

5.3

D

D - D3

6.00

194°53'30"

-8.775

89.470

-1.542

-5.798

-10.3

83.7

5.2

D

D - D4

7.00

3°14'30"

-8.775

89.470

0.396

6.989

-8.4

96.5

5.4

D

D - D5

5.00

5°46'30"

-8.775

89.470

0.503

4.975

-8.3

94.4

5.2

D

D - D6

5.00

27°35'10"

-8.775

89.470

2.315

4.432

-6.5

93.9

5.6

D

D - D7

2.00

67°47'20"

-8.775

89.470

1.852

0.756

-6.9

90.2

5.5

D

D - D8

9.00

171°25'50"

-8.775

89.470

1.341

-8.900

-7.4

80.6

5.3

D

D - D9

11.00

50°59'20"

-8.775

89.470

8.547

6.924

-0.2

96.4

5.6

D

D-D10

10.00

57°10'00"

-8.775

89.470

8.403

5.422

-0.4

94.9

5.5

D

D-D11

8.00

87°40'20"

-8.775

89.470

7.993

0.325

-0.8

89.8

5.6

D

D-D12

13.00

142°08'00"

-8.775

89.470

7.980

-10.263

-0.8

79.2

5.4

3.2.2. Analisis Koordinat Poligon Titik D

 

Koordinat D(-8.775, 89.470)

X (D sin ) = 8,5 x sin

 = 8,5 x sin 349°22'00"

 =-1.568

Y (D cos  8,5 x cos

  = 8,5 x cos 349°22'00"

= 8.354

Koordinat X = (-8.775+1.568)= 10.3

Koordinat Y = 89.470+8.354=  97,8

Koordinat Z = Elevasi D-D1 = 5.4


BAB IV

PENUTUP

 

4.1.  Kesimpulan

Dari praktikum perpetaan ini dapat diambil kesimpulan :

1.      Jarak untuk setiap titik awal / tempat alat dengan setiap titik bidikan memiliki nilai jarak yaitu : di titik A (dengan sudut =0º)  dmA-A1 = 3,8 m, di titik  B jarak dmA-A2 = 2,8 m.  (dengan sudut =0º) dari hasil jarak tersebut maka untuk setiap titik / tempat alat dengan setiap titik bidikan yang ada memiliki nilai jarak yang  tidak sama, yaitu AB ≠ AC

2.      Beda tinggi, pengukuran beda tinggi ini untuk mengetahui beda ketinggian antara titik awal / tempat alat dengan titik bidikan, apabila beda tinggi yang dihasilkan bernilai negatif maka tanah dititik bidikan lebih rendah / turun dari pada titik awal / tempat alat, ataupun sebaliknya apabila bernilai positif maka tanah dititik bidikan lebih tinggi / naik dari pada titik awal / tempat alat. Beda tinggi untuk setiap titik, yaitu : A-A1 = 0,084 m, A-A2 = 0,042 m. sama halnya dengan jarak, untuk setiap titik awal / tempat alat dengan titik bidikan pada semua titik awal memiliki nilai beda tinggi yang tidak sama. Perbedaan nilai pada beda tinggi yang tidak signifikan disebabkan karena kondisi medan yang curam.

3.      Bentuk Penggambaran peta kontur membutuhkan data Azimut ,jarak ,koordinat (X,Y ), ΔH, dan membuat kortur itu harus menentukan interval kontur, Dan mempunyai titik-titik yang sama.

4.2.  Saran

Dalam perhitungan dan pengukuran data-data diperlukan prinsip-prinsip pengukuran untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.Susunan dalam laporan harus mengikuti metodologi yang baik dan pengumpulan data dari berbagai sumber. Untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas pengukuran harus berdasarkan pada prinsip-prinsip pengukuran,yaitu :

a.     Perlu adanya pengecekan terpisah

b.    Tidak adanya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran

Kiranya laporan ini bisa dipergunakan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penyusunan laporan-laporan selanjutnya yang lebih baik dan sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

ZulaidyZul , 2012. Contoh Laporan Praktikum Survey Pengukuran Menggunakan Alat Waterpass, Diakses tanggal 9 Desember 2015, pukul 15.30,

http:// zulzulaidy.blogspot.co.id/201210/bab– i–pendahuluan–1.html

Hafni Sarmila, 2013. Penilaian Praktikum, diakses tanggal 28 Desember 2015, pukul 19.47, http : // sarmilahafni.blogspot.co.id

Universitas Wiraraja Sumenep, Pedoman Praktikum Perpetaan, (Sumenep:

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik - UNIJA, 2017



Komentar

Postingan Populer